Thursday, January 31, 2013

Hipnoterapi Jakarta - Terapi Gizi Untuk Kesehatan


ALTERNATIF TERAPI
TERAPI GIZI

Terapi Gizi - Tubuh selau melakukan pembaruan secara terus-menerus: setiap detik terdapat jutaan sel yang mati. Makanan menyediakan bahan baku untuk pondasi dan regenerasi tubuh. Berbagai penelitian dan pengalaman klinis menunjukkan bahwa perubahan diet dan suplemen gizi dapat memulihkan dan menjaga kesehatan dan kesejahteraan tubuh, serta membantu untuk mengobati berbagai kondisi tubuh sehari-hari. Pendekatan nutrisi adalah langkah efektif untuk mencegah dan mengobati kondisi serius seperti penyakit arteri koroner, kanker stroke, dan diabetes.
Terapi gizi medik (TGM) dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet (dietary treatment). Diet sendiri berarti "pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadual makan setiap hari." Jika dirancang bersama pasien dengan bimbingan dietisien, terapi diet juga dapat dinamakan Perencanaan Menu atau Makan/PM (Menu Planning). PM ini mempertimbangkan pula faktor-faktor nonnutrisi seperti adat istiadat, habit, kultur, psikologi, dan ekonomi.

TGM ( Terapi Gizi Medik )Istilah TGM digunakan karena terapi diet dapat pula disertai terapi gizi lain seperti suplementasi. Karena beberapa formula enteral misalnya formula susu diabetes (diabetasol, dianeral, nutren diabetes, glucerna) atau nutraceuticals misalnya kombinasi vitamin B, asam folat dgn zink dan kromium (diabetone, glucobion) atau fitokimia pangan misalnya antosianin/zeaxanthin serta bahan berkhasiat lain misalnya cinnulin sering digunakan sebagai suplemen lewat penulisan resep yang merupakan priviledge medis, maka digunakan istilah terapi gizi medik atau TGM.

Sejarah Terapi Gizi MedikDiet DM pertama kali diperkenalkan oleh dr Bouchardat pada tahun 1870an ketika beliau mengamati diabetisi yang makanannya dicatu akibat kelangkaan bahan pangan pasca-perang Perancis Prussian. Diabetisi yang makanannya dicatu ternyata memiliki kadar gula darah yang lebih rendah sehingga beliau menerapkan diet sebagai terapi untuk mengendalikan gula darah (ingat pada tahun itu, insulin dan OHO belum ditemukan).
Dibandingkan insulin yang baru diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1921, kemudian OHO generasi pertama seperti tolbutamid dan klorpropamid yang baru diproduksi pada tahun 1955 serta biguanid seperti metformin yang dipasarkan pada tahun 1959, maka terapi diet jelas mempunyai sejarah yang jauh lebih lama.

Tujuan TGM
TGM bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan:
1. Kadar GD mendekati normal (puasa/FPG 90-130, 2 jam pp < 180 dan A1c < 7)
2. TD yang normal (<130/80)
3. Profil lipid yang normal (LDL < 100, HDL > 40, TG < 150)
4. BB yang normal (IMT < 25)

Komponen TGM
TGM terdiri dari 2 komponen plus pengaturan jadual makan. Dahulunya komponen ini dikenal dgn sebutan 3 J: Jumlah makanan, Jenis makanan dan Jadual makan.
  1. Komponen pertama yang berkaitan dgn jumlah makanan dikembangkan menjadi carbohydrate counting (carbing) atau penghitungan jumlah KH yg dibutuhkan dan distribusinya dalam 24 jam. Tentu saja untuk menghitung KH, kita harus menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan per 24 jam dan persentasenya dalam bentuk KH. Menurut PERKENI 2009, persentase KH yg direkomendasikan adalah 45 - 65% dgn jumlah minimal 130 g/24 jam. Gula pasir diperbolehkan dalam sayuran/lauk dgn jumlah maksimal 5% dari Total Energy Intake.
  2. Komponen kedua berhubungan dgn Jenis Makanan yang kemudian dikembangkan dengan memperhitungkan pula Indeks Glisemik (IG) dan Glycemic Load (GL) setiap makanan.
Mengukur Unit CarbingSebelum mengukur unit Carbing, kita tentunya harus menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Berikut ini langkah2 untuk menghitung kebutuhan kalori, KH dan unit Carbing:
1. Hitunglah dahulu kebutuhan basal (BEE) dgn mengalikan BB dgn 25 pada wanita dan dgn 30 pada pria jika BBnya normal (TB < /= 160 pada pria dan </= 150 pada wanita) atau ideal (TB > 160 cm pada pria dan >150 cm pada wanita). BB ideal = 90% (TB - 100); BB normal = TB - 100. Pada diabetisi yang berat badannya berlebih/kurang harus dikoreksi dengan memotong/menambahkan sebesar 20-30% (lihat No. 2).
2. Koreksi BEE dilakukan
Jika diabetisi tsb nonsedentari (bekerja fisik, berolahraga ringan). Tambahkan hasil di atas dgn 10% pada diabetisi yang nonsedentari.
Pada usia di atas 40 tahun, kurangi 5% utk 40-59 thn, 10% utk 60-69 thn dan 20% utk > 70 thn.
Utk BB lebih atau obesitas, kurangi 20-30% dari hasil penghitungan BEE; untuk BB kurang, tambah 20-30% pada hasil penghitungan BEE.
3. Hasil terakhir dalam kcal diubah menjadi gram (1 g KH = 4 kcal), dan dari gram diubah menjadi unit carbing dgn membaginya dgn angka 15 (karena 1 unit = 15 g KH)
4. Jumlah unit carbing ini selanjutnya didistribusikan pada 3 kali makan utama dan 2-3 kali snack dgn interval waktu sekitar 3 jam.
Di dalam situs www.pantirapih.org dapat ditemukan pula langkah2 menghitung unit carbing.
5. Setelah mendistribusikannya ke dalam 3 makan pokok dan 2-3 camilan, anda harus melihat tabel utk mengetahui jumlah unit carbing pada tiap kelompok bahan pangan. (Ingat KH hanya terdapat dalam 4 kelompok bahan pangan yaitu (1) bahan pangan sumber energi [nasi, roti, mie, jagung, sereal, umbi- umbian,
(2) protein nabati atau kacang-kacangan,
(3) sayur-buah dan
(4) susu dlm bentuk laktosa).
Protein hewani dan lemak/minyak tidak mengandung KH sehingga memiliki IG yang rendah atau bahkan 0 (lemak/minyak).

IG dan GL
Seberapa besar kenaikan kadar gula darah dalam waktu 3 jam (yg diukur saat puasa dan kemudian sesudah memakan suatu makanan setiap 1/2 jam sekali) menentukan besarnya IG. Sebagai pembanding dipakai glukosa yang ditetapkan memiliki IG 100.
Perkalian IG dgn jumlah KH dalam makanan tsb menghasilkan GL. GL diperlukan karena tidak semua KH atau monosakarida menaikkan GD dgn segera. Sebagai contoh fruktosa yang terdapat dalam corn sugar memerlukan waktu 3 jam untuk diubah menjadi glukosa di dalam hati. Jadi, fruktosa lebih mempertahankan kadar GD yang tinggi ketimbang menimbulkan PG spike. Karena itu, corn sugar yang pernah dipakai sebagai gula pengganti yang alami dgn IG yang rendah sekarang sudah tidak lagi mengingat GLnya yang tinggi.

Diet Pertama: Karbohidrat
Karbohidrat - gula, pati dan serat merupakan unsur-unsur dari karbon, hidrogen dan oksigen. Mereka mempunyai peran utama untuk menyediakan sumber energi bagi tubuh.

Gula
Bangunan dasar dari semua karbohidrat adalah satu molekul gula, seperti glukosa atau fruktosa, atau lebih dikenal sebagai monosakarida. Disakarida adalah dua monosakarida, yang didalamnya terkandung sukrosa, misalnya, berisi glukosa dan fruktosa. Gula bersifat intrinsic dalam buah dan sayuran, karena gula sudah termasuk ke dalam struktur makanan, bersembunyi di dalam dinding sel.
Gula juga terkandung dalam beberapa makanan, seperti biscuit dan sereal manis. Dalam hal ini, gula tidak terikat ke dalam struktur makanan, yang dikenal dengan ekstrinsik.
Umumnya, makanan yang terkandung dengan gula intrinsik lebih sehat daripada gula ekstrinsik; apel lebih sehat untuk makan dari pada sepotong kue. Makanan yang mengandung gula intrinsik cenderung melepaskan energi lebih lambat ke dalam aliran darah dibandingkan dengan makanan yang mengandung gula ekstrinsik.

Pati
Juga disebut sebagai karbohidrat kompleks. Makanan yang mengandung pati adalah sayur-sayuran, roti, pasta, nasi, kentang, kacang-kacangan dan sereal sarapan. Pati mempunyai dua bentuk utama bentuk. Jenis pertama Refined pati atau pati yang dimurnikan, seperti yang ditemukan dalam roti putih, nasi putih dan yang paling umum tersedia adalah pasta, seperti terkandung di dalam vitamin serat dan kandungan mineral.
Pati yang dimurnikan lebih kaya serat dan nutrisi dari yang lain, karena jenis ini lebih halus. Sehingga pati yang dimurnikan merupakan nutrisi yang unggul. Pati ini cenderung untuk memberikan lebih lambat, lebih berkelanjutan pelepasan gula ke aliran darah, dimana hal ini sangat penting bagi kesehatan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Jenis kedia adalah pati yang tidak dimurnikan, contohnya roti gandum, coklat nasi, pasta gandum dan gandum digulung.


Serat
Serat adalah pabrik bahan yang dicerna dan kadang-kadang disebut sebagai polisakarida non-pati (NSP). Serat terbagi dalam dua bentuk utama. Yang pertama adalah serat larut, larut dalam usus. Serat ini mempunyai fungsi untuk membentuk zat seperti gel tebal yang memperlambat rilis beberapa nutrisi, khususnya gula, ke dalam aliran darah. Disamping juga untuk membantu mengendalikan tingkat kolesterol dalam darah, yang dapat membantu untuk mengurangi resiko penyakit arteri koroner.
Serat yang kedua adalah Serat tak larut, tidak larut dalam saluran pencernaan dan karena itu menambahkan bulk ke tinja. Hal ini berguna untuk mencegah sembelit dan diet serat ini dapat menurunkan risiko kanker usus besar.
Diet makanan yang kaya serat tidak larut juga dapat mengurangi risiko kondisi lain, seperti wasir dan penyakit divertikular (kantong abnormal pada lapisan usus besar yang dapat menjadi terinfeksi dan menyebabkan perdarahan atau perforasi dari dinding usus).
Sumber makanan yang mengandung serat larut adalah buah-buahan, sayuran, buncis, gandum, barley dan rye. termasuk didalamnya gandum (dimurnikan) sereal, seperti gandum roti beras, coklat dan pasta gandum, serta biji dan kacang-kacangan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran berserat, seperti wortel, seledri dan kubis


SANGAT SEDIKIT PERHATIAN RSU TERHADAP TERAPI GIZI DAN BELUM EFEKTIF DI RUMAH SAKIT.
Untuk mendorong kesadaran rumah sakit membentuk tim terapi gizi, tahun 2009 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi (TTG) di Rumah Sakit. Tim itu terdiri dari dokter spesialis gizi klinik, dokter penanggung jawab pasien, dokter spesialis lain, perawat, ahli gizi, dan ahli farmasi yang dikoordinasikan dokter spesialis gizi klinik. Tim bertanggung jawab melakukan intervensi untuk menaikkan status gizi pasien.
Anggota Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia, Abdul Razak Thaha, menyatakan, peran TTG penting tetapi belum disadari oleh rumah sakit. Karena itu, perlu ada sosialisasi pada rumah sakit. �Perlu regulasi yang kuat agar rumah sakit punya kekuatan untuk memaksa para dokter bekerja sama dalam TTG,� kata Abdul Razak.
Selain itu, menurut Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Cabang DKI Jakarta Viktor Tambunan, TTG belum efektif karena minimnya SDM dokter spesialis gizi klinik. Sampai saat ini baru ada 180 dokter spesialis gizi, 80 persen ada di Jakarta.
Hanya ada tiga institusi yang membuka pendidikan spesialis gizi klinik, yakni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, FK Universitas Diponegoro, dan FK Universitas Hasanuddin.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM dokter spesialis gizi, rencananya PDGKI dan Kementerian Kesehatan akan memulai program pelatihan khusus tentang gizi klinik bagi dokter umum. �Mereka nanti yang akan mengisi rumah sakit di daerah,� kata Viktor.


Terapi Gizi untuk Sulit Tidur
Gizi.net - INSOMNIA atau sulit tidur menimpa 1 dari 10 orang Amerika Serikat. Insomnia bisa berupa mata tak terpejam sepanjang malam, terbangun di tengah lelapnya tidur dan sulit tidur kembali, terbangun beberapa kali,bangun terlalu dini, atau tidak merasa bugar setelah bangun tidur.
Masih ada insomnia kronis sebagai insomnia paling parah karena penderitanya selama sebulan atau lebih tidak bisa tidur pada sebagian besar malam. Ada pula insomnia jangka pendek, sulit tidur 2-4 minggu, dan insomnia transient yang berlangsung beberapa hari.
Meski demikian, sebenarnya hanya 30 persen penderita insomnia yang benar-benar terganggu. Insomnia bisa terjadi karena kondisi kejiwaan seperti stres atau gangguan fisik di sekitarnya.
Tidur siang yang berlebihan juga membuat mata terjaga sepanjang malam. Tidur siang sebenarnya tidak diperlukan. Hormon melatonin yang dikeluarkan kelenjar pineal adalah jam alamiah bagi tubuh. Hormon ini mulai mengalir ketika sinar Matahari mulai redup. Kehadiran hormon melatonin di dalam tubuh memerintahkan istirahat. Di siang hari, hormon tak diproduksi.

Lingkungan fisik bisa berupa suara bising di dekat tempat tinggal, misalnya bunyi mesin pabrik atau kereta api yang melintas. Suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin, demikian pula perubahan suasana lingkungan, bisa menimbulkan gangguan tidur.
Terlalu banyak minum kopi atau minuman berkafein, mengisap rokok, atau minum minuman beralkohol menjelang tidur, dapat memicu insomnia. Kafein dapat meningkatkan denyut jantung, alkohol menguras vitamin B yang mendukung sistem saraf, dan nikotin bersifat neurostimulan yang justru membangkitkan semangat.
Dampak serius insomnia adalah turunnya produktivitas. Penderita insomnia sering mengantuk di siang hari dan tidak bisa memusatkan perhatian pada hal-hal detail. Mereka tidak dapat memberikan pertimbangan untuk mengatasi masalah. Orang insomnia juga sering lupa, bahkan hal yang baru saja dialami.
Tubuh lelah akibat tidak tidur semalaman membuat penderita insomnia mudah terusik. Hal-hal kecil dapat menimbulkan kemarahan karena penderita insomnia menjadi pribadi yang sensitif. Tanpa ada upaya mengatasinya, insomnia benar-benar dapat merupakan siksaan bagi penderita dan lingkungannya.


Asupan gizi
Diperlukan asupan gizi (magnesium dan kalsium) yang cukup jumlahnya untuk menangkal insomnia. Defisiensi magnesium dan kalsium menyebabkan tidur tidak nyenyak.
Sebenarnya fungsi magnesium adalah merelaksasi otot. Apabila otot kaku, timbul rasa ngilu-ngilu yang membuat badan terasa sakit. Kalsium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang juga dapat dimanfaatkan untuk menenangkan pikiran. Kalsium berdampak calming effect. Jadi, kondisi kecemasan atau stres dapat dikurangi dengan magnesium dan kalsium.
Hormon melatonin bermanfaat membuat tidur lebih nyenyak. Saat ini sudah ada produk suplemen yang mengombinasikan magnesium, kalsium, dan melatonin. Vitamin B kompleks dapat membantu penderita insomnia karena mendorong tercapainya kondisi istirahat.
Diet sehari-hari juga perlu diperhatikan. Konsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, crackers, atau bagel dapat membantu tidur Anda. Lawan dari karbohidrat kompleks adalah karbohidrat sederhana seperti gula.
Mengapa karbohidrat kompleks bermanfaat? Karena ternyata zat gizi tersebut dapat memacu pengeluaran serotonin, yaitu suatu neurotransmitter otak yang merangsang rasa kantuk.
Segelas susu hangat dan madu juga dapat menjadi obat mujarab agar lebih lelap tidur. Susu banyak mengandung asam amino triptofan yang dapat membantu pengeluaran serotonin sehingga memudahkan tidur. Triptofan juga memacu pengeluaran hormon melatonin.

Suplemen triptofan telah dilarang di AS karena pernah menyebabkan penyakit gangguan darah serius akibat produknya terkontaminasi. Namun, tidak ada risiko bagi orang-orang yang mau mengonsumsi bahan makanan kaya triptofan seperti susu atau daging kalkun sebagai upaya mengurangi insomnia.
Orang-orang yang sulit tidur dianjurkan makan lettuce di malam hari. Lettuce mengandung substansi terkait opium yang mempercepat kantuk, dan juga mengandung hyoscyarnin yang bersifat antikram. Makan malam hendaknya juga menyertakan kacang-kacangan dan ikan atau daging ayam. Jenis-jenis itu kaya akan niasin (vitamin B3) yang membantu pengeluaran serotonin.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan dengan bumbu menyengat, kafein, alkohol, karbohidrat sederhana (gula, sirup), makanan berpengawet, dan makanan kaleng. Gula dan sirup bersifat meningkatkan gula darah dan penghasil energi yang cepat sehingga akan mengganggu tidur.
Makanan berprotein tinggi seperti daging sapi dapat mencegah produksi serotonin sehingga tubuh terjaga terus-menerus. Monosodium glutamate (MSG) sebaiknya dihindari karena memunculkan reaksi stimulan.
Menghindari keju, cokelat, sayur bayam, dan tomat menjelang tidur juga dianjurkan. Semua itu mengandung tyramin yang merangsang keluarnya norepinephrine sehingga otak terjaga.

ARTIKEL TERKAIT DENGAN ALTERNATIF TERAPI 
Akupuntur - Teknik Alexander - Aroma Terapi - Terapi bunga - Terapi Kiropraktis - Jamu / Herbalisme Terapi Hemeopati Terapi Hipnoterapi - Naturopati / Naturoterapi - Terapi Gizi Terapi Osteopati - Terapi Refleksi
Salam,

Dwi Hartoyo, SP
REFERENSI
1. http://bengkel-sehat.blogspot.com
2. http://pantirapih.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117:terapi-gizi-medik&catid=52:gizi&Itemid=102
3. http://forumjualbeli.net/health/135209-alasan-terapi-gizi-belum-efektif-di-rumah-sakit.html
4. http://forum.kompas.com/kesehatan/14511-terapi-gizi-untuk-sulit-tidur.html