Monday, February 4, 2013

Hipnoterapi Jakarta - PENAKLUKAN - PENAKLUKAN [ CONQUESTS ]


Penaklukan Umayyah di Hispania

Penaklukan Umayyah di Hispania (711�718) dimulai saat pasukan Kekhalifahan Umayyah, sebagian besar terdiri dari Muslim Berber dari Afrika Barat Laut menyerang Hispania (sekarang Iberia; Portugal dan Spanyol) yang dikuasai oleh Kristen Visigoth pada tahun 711. Penaklukan ini terjadi saat masa pemerintahan Khalifah Al-Walid I di Damaskus, dan dipimpin oleh Jenderal Tariq bin Ziyad (? - 720). Pasukan Umayyah mendarat di Gibraltar pada 30 April 711, dan lalu bergerak ke arah utara. Satu tahun berikutnya, atasan Tariq Musa bin Nusair bergabung dengan pasukannya. Kampanye militer ini berjalan sekitar 8 tahun, dan hasilnya sebagian besar Semenanjung Iberia berhasil dikuasai umat Islam kecuali daerah-daerah kecil di sebelah barat daya (Galicia dan Asturias) serta daerah-daerah Basque di daerah Pirenia. Daerah-daerah taklukan ini kemudian disebut Al-Andalus, dan menjadi bagian dari kekhalifahan Umayyah yang terus berkembang.

Kronologi Penaklukan Umayyah
Abad ke-6 - Bangsawan-bangsawan Visigoth berkembang menjadi tuan-tuan tanah.
710 - Tarif bin Malik memimpin 400 orang bersama 100 kuda mendarat dan melakukan ekspedisi di ujung selatan benua Eropa di Iberia yang kini disebut Tarifa, diambil dari namanya.
711 - Musa bin Nusair, Wali (Gubernur) Ifriqiya (Afrika Utara), mengirim pasukan pimpinan Tariq bin Ziyad ke Iberia, menyusul kesuksesan ekspedisi Tarif dan adanya permasalahan pada Dinasti Visigoth di Hispania.
19 Juli 711 - Pasukan Tariq bin Ziyad, dibantu oleh Julian, count Ceuta[rujukan?], mengalahkan pasukan Raja Visigoth Roderic, dekat Sungai Guadalete.
Juni 712 - Orang-orang Syria datang ke Hispania, dan menyerang kota-kota serta benteng-benteng yang tidak didekati Tariq bin Ziyad

Februari 715 - Musa bin Nusair, memasuki Damaskus bersama tawanannya raja-raja dan bangsawan Visigoth, bersama ribuan tawanan lainnya, untuk memberikan penghormatan kepada khalifah Islam di Damaskus.
? (sekitar 715-716) - Musa bin Nusair meninggal di Hijaz saat sedang melakukan ibadah Haji. Anaknya Abdul Aziz bin Musa ditunjuk sebagai Gubernur Al-Andalus, dengan ibukota Sevilla. Abdul Malik juga menikahi janda Roderic, Egilona dari Dinasti Balti.
717-718 - Wali (Gubernur) Al-Hurr bin Abdurrahman Ats-Tsaqafi menyeberangi Pirenia, dan memimpin serangan ke Septimania. Sebagian besar dari serangan ini mengalami kegagalan.
719 - Gubernur As-Samh bin Malik Al-Khaulani, memindahkan ibukota Al-Andalus dari Sevilla ke Kordoba.
Musim semi 732 - Wali Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi bergerak melalui Pirenia barat, menyeberanginya, dan mengalahkan Adipati Odo dari Aquitaine di tepi sungai Garonne.
Oktober 732 - Pertempuran Tours (Balat Al Shuhada`). Abdurrahman Al-Ghafiqi, berhadapan dengan Charles Martel. Martel memenangkan pertempuran ini, menghentikan gelombang penaklukan Umayyah di Eropa. Abdurrahman sendiri gugur dalam pertempuran ini.

734-742 - Kerusuhan antara etnis-etnis di Al-Andalus.
755 - Bangsawan Umayyah Abdurrahman I, melarikan diri dari Damaskus, menyusul jatuhnya pemerintahan Umayyah ke tangan Bani Abbasiyah. Pada akhir 755 ia mendarat di Granada, Al-Andalus
756 - Abdurrahman I mengalahkan Wali Al-Andalus Yusuf Al-Fihri pada pertempuran Musarah di luar kota Kordoba. Ia lalu menunjuk dirinya sebagai Amir Al-Andalus dan digelari Ad-Dakhil (yang Masuk).

PENAKLUKAN DAMASKUS ::
Saif bin Umar berkata, "Ketika Abu Ubaidah berangkat dari Yarmuk ia membawa tentaranya ke arah Marj as-Shaffar dan ia berkeinginan keras mengepung kota Damaskus. Tiba-tiba sampai kepadanya berita bala bantuan musuh dari Horns, dan sampai juga kepadanya berita tentang berkumpulnya tentara Romawi di Fihl (nama sebuah tempat di Syam dekat Baisan dan sekarang dia masyhur sejak penaklukan Syam yang disebut dengan Yaum Radaghah dan Yaum Baisan) daerah palestina. Sementara Abu Ubaidah bingung yang mana harus dihadapinya terlebih dahulu. Maka segera ia mengirim surat kepada Umar ra. menanyakan perkara ini. Lalu datanglah jawabannya, "Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah ini merupa-kan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di depan pasukan mereka, jika pasukan berkuda berhasil menaklukkan mereka sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah yang kita harapkan, tetapi jika Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl, pent.) setelah me-nunjuk penggantimu untuk wilayah Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian tak-lukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Horns dan serahkan Amru bersama Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan Palestina."

Maka Abu Ubaidah menugaskan sepuluh kepala pasukan berangkat menuju Fihl. Setiap amir membawahi lima pemimpin regu, dan pemimpin umum seluruh pasukan adalah Umarah bin Makhsyi -seorang sahabat-, mereka berjalan dari Marj as-Shaffar ke Fihl. Sesampainya di Fihl mereka mendapati personil pasukan Romawi sebanyak 80.000 orang. Mereka menga-lihkan saluran air ke sekitar mereka hingga tanah tempat mereka menjadi becek, karena itulah tempat tersebut dinamai dengan ar-Radaghah (becek yang membuat kuda terbenam)

Abu Ubaidah juga mengutus pasukannya yang ditempatkan antara Damaskus dan Palestina. la mengutus pasukan ke Dzil Kala' dan ditempatkan antara Damaskus dan Horns, untuk menghadang datangnya bantuan musuh yang dikirim Heraklius. Setelah itu Abu Ubaidah berjalan dari Marj as-Safar menuju Damaskus. Khalid ditempatkannya di pertahanan dalam, sementara Abu Ubaidah dan Amr bin al-Ash di posisi sayap kiri dan kanan. Pasukan berkuda dipimpin oleh Iyadh bin Ghanm, dan pasukan infantri dipimpin oleh Syarhabil bin Hasanah. Mereka sampai di kota Damaskus, sementara yang menjadi pangli-ma tertinggi pasukan Romawi di sana adalah Nisthas Nusturus.

Khalid turun tepat di pintu timur dan berjalan ke pintu Kaisan, sementara Abu Ubaidah turun di pintu al-Jabiyah besar, dan Yazid bin Abu Sufyan turun di pintu al-Jabiyah kecil, adapun Amr bin al-Ash beserta Syarhabil bin Hasanah turun dan menempatkan pasukannya di seluruh sisa pintu-pintu lainnya, dan mereka telah menyiapkan alat pelontar (al-Manjaniq) dan dabbnbat (kendaraan perang). Abu Ubaidah memerintahkan Abu ad-Darda' agar menjadi penghu-bung pasukan di Barzah (Sebuah perkampungan di Damaskus) sebagai bala bantuan bagi pasukannya kelak, dan menjadi bala bantuan bagi pasukannya yang terjadi antara dan Horns.

Akhir-nya mereka mengepung Damaskus dari segala penjuru selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan, bahkan ada yang berpendapat 6 bulan, sementara penduduk Damaskus mempertahankan benteng mereka mati matian, sambil mengirim surat kepada Raja mereka Heraklius -yang tinggal di Horns- meminta agar bala bantuan segera dikirimkan kepada mereka. tetapi mustahil bala bantuan datang dari arah Dzil Kala' yang telah ditutup oleh pasukan Abu Ubaidah yang ditempatkan antara Damaskus dan Horns -berjarak lebih kurang satu malam- tatkala penduduk Damaskus yakin bala bantuan mustahil datang mereka menjadi putus asa dan lemah, sementara pengepungan kaum muslimin semakin kuat. Kemudian datang pula musim dingin yang bersangatan dan kondisi semakin buruk, pertempuranpun semakin sulit, namun Allah SWT. � Yang Mahabesar dan Mahatinggi, Pemilik kemuliaan- menakdirkan salah seorang anak pendeta lahir pada malam itu, dan ia menyiapkan jamuan berupa makanan dan minuman untuk orang-orang, maka seluruhnya berpesta pora makan dan minum hingga akhirnya mereka lalai menjaga pintu-pintu gerbang perta-hanan mereka.

Khalid sangat paham dengan kondisi mereka, sebab ia tidak tidur dan tidak membiarkan seorangpun dari pasukannya untuk tidur, ia terus-menerus mengintai mereka siang dan malam, sambil mengirimkan mata-mata yang membawa berita musuh kepadanya sejak pagi hingga sore hari. Ketika Khalid melihat lampu-lampu dipadamkan pada malam itu, dan mustahil berperang dengan melompati benteng-benteng mereka yang tinggi, maka ia menyiapkan tangga- tangga dari tali, maka para pahlawan dan jagoan perang seperti dirinya, al-Qa'qa' bin Amr dan Madz'ur bin Adi segera maju membawa pasukan mereka di dekat pintu dan berpesan kepada pasukarmya, "Jika kalian mendengar takbir dari atas pagar maka naiklah ikuti kami."

Mereka mulai menyebar tangga-tangga dan mengikat ujungnya dengan tali-tali yang panjang. Setelah itu Khalid maju beserta para sahabatnya berenang menyeberangi parit pertahanan mereka dengan membawa peralatan dalam kantong-kantong yang terbuat dari kulit yang digantungkan pada leher mereka. Akhirnya mereka berhasil memasang tanga- tangga dan mengikat ujungnya dengan tali-tali yang panjang, sementara bawahnya mereka biarkan di luar parit. Mereka mulai naik dari tangga-tangga tersebut. Ketika mereka telah naik di atas pagar mereka meneriakkan takbir dengan suara kuat. Langsung pasukan Islam bergerak maju menaiki tangga-tangga yang telah disiapkan, segera Khalid dan para jagoan Islam turun ke bawah menuju para penjaga pintu benteng dan berhasil membinasakan mereka. Kemudian Khalid beserta para sahabatnya memotong penutup pintu dengan pedang-pedang mereka hingga berhasil membuka pintu benteng dengan paksa, maka masuklah seluruh pasukan Khalid menyerbu dari pintu bagian Timur. Ketika penduduk mendengar suara takbir, mereka bangkit dan tiap tiap pasukan berangkat menuju tempat masing-masing di dekat pagar, tanpa mengetahui apa yang telah terjadi, setiap kali pasukan mereka berdatangan ke arah pintu benteng bagian timur pasti dibunuh oleh pasukan Khalid. Akhirnya Khalid segera memasuki kota sambil membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Adapun para penjaga pintu berangkat menuju pemimpin mereka memohon agar meneriakkan keluar pagar untuk berdamai � sebelumnya pasukan Islam telah mencoba mengajak mereka berdamai dengan syarat menyerahkan setengah hasil bumi mereka namun mereka menolak- maka ketika mereka meminta berdamai dan menerima persyaratan tersebut kaum muslimin menerima kesepakatan damai itu.

Para sahabat tidak mengetahui apa yang diperbuat Khalid dengan tentaranya yang kini telah berada di dalam benteng musuh. Akhirnya seluruh pintu dibuka dan seluruh pasukan masuk ke dalam benteng untuk berdamai. Namun ketika mereka telah sampai di dalam mereka menjumpai Khalid tengah berperang membunuhi personil musuh yang mereka temui. Para sahabat berkata kepada Khalid, "Sesungguhnya mereka telah kami jamin keamanan jiwanya", namun Khalid berkata, "Tidak, aku telah berhasil membuka benteng dan menaklukkannya dengan perang." Setelah itu para pemimpin berkumpul di tengah-tengah negeri itu tepat di sisi Gereja al-Miqsalat dekat jalan ar-Raihan sekarang.

Inilah jalan cerita yang disebutkan Saif bin Umar dan lain-lainnya. Dan inilah riwayat yang paling masyhur, bahwa Khalidlah yang membuka pintu dengan paksa, namun sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa Abu Ubaidah yang telah membuka benteng, dan ada juga yang berpendapat malah Yazid bin Abi Sufyan yang membuka pintu, Khalid yang berdamai dengan penduduk negeri itu. Mereka telah membalikkan jalan cerita yang masyhur dan diketahui banyak orang, wallahu a 'dam.

Para sahabat beselisih, ada yang mengatakan bahwa benteng kota ini ditaklukkan dengan damai, oleh amir mereka Abu Ubaidah. Tetapi yang lain berkata bahwa benteng ini ditaklukkan dengan secara paksa lewat pepe-rangan, yakni ditaklukkan oleh Khalid dengan pedang. Merasa masalah ini belum selesai maka mereka berangkat menuju para pemimpin pasukan lain-nya yang bersama Abu Ubaidah. Abu Ubaidah akhinya berdamai dengan mereka, dan mereka sepakat untuk membagi benteng dengan ketentuan bahwa setengahnya ditaklukkan dengan damai dan setengah lagi ditaklukkan lewat perang. Dengan demikian penduduk Damaskus memiliki setengah dari wila-yah ini, dan setengah lagi menjadi milik para sahabat. Hal ini diperkuat dengan yang telah disebutkan Saif bin Umar bahwa para sahabat sebenarnya telah meminta mereka berdamai dengan syarat mereka membayar setengah hasil bumi mereka, namun mereka menolak. Maka ketika mereka merasa putus asa mereka segera menerima tawaran tersebut. Sementara para sahabat tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh Khalid. Oleh karena itu para sahabat mengambil setengah dari bangunan gereja terbesar di Damasukus yang disebut dengan nama Gereja Yoharmes, dan menjadikan daerah timur gereja ini sebagai masjid. Sementara setengah dari daerah bagian barat tetap menjadi milik penduduk Damaskus. Di samping itu terdapat 14 gereja lainnya yang tetap dibiarkan menjadi milik mereka. Ditambah dengan setengah wilayah gereja Yoharmes yang sekarang menjadi Masjid Jami' Damaskus. Khalid menuliskan untuk mereka surat perjanjian damai dan jaminan keamanan yang disaksikan oleh Abu Ubaidah, Amr bin al-Ash, Yazid dan Syarhabil.

Beberapa Pendapat Mengenai Tanggal Penaklukan Damaskus
Ibnu Katsir berkata, "Perkataan Saif bin Umar menunjukkan bahwa penaklukan terjadi pada tahun 13 H, tetapi Saif menuliskan sebagaimana yang ditulis oleh mayoritas ahli sejarah bahwa Damaskus ditaklukkan pada perte- ngahan bulan Rajab tahun 14 H. Demikianlah yang telah dituliskan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir dari jalan Muhammad bin Aiz al-Qurasyi ad-Dimasyqi dari Walid bin Muslim dari Utsman bin Hisn380 bin Allaq dari Yazid bin Ubaidah, dia berkata,
'Aku mendengar para guru kami berkata Sesungguh-nya kota Damaskus ditaklukkan pada tahun 14 H, demikianlah pendapat Sa'id bin Abdul Aziz, Abu Mi'syar, Muhamamd bin Ishaq, Ma'mar dan al-Umawi,' sebagaimana yang diceritakan para gurunya. Demikan pula pendapat ini sama dengan pendapat al- Kalbi, Khalifah bin Khayyath dan Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam bahwa penaklukan Damaskus terjadi pada tahun 14.H'."

Sebagian berpendapat bahwa penaklukan ini terjadi di bulan Syawwal tahun 14 H. Khalifah bin Khayyath berkata, "Abu Ubaidah mengepung mereka pada bulan Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawwal dan perjanjian damai terjadi di bulan Dzulqa'dah."

Apakah Penaklukan Ini Terjadi Secara Damai atau Lewat perang?
Para ulama berselisih mengenai penaklukan kota Damaskus apakah negeri ini ditaklukkan secara damai ataukah melalui peperangan? Sebagian besar ulama menyebutkan bahwa penaklukan ini terjadi dengan damai, se-bab mereka ragu mana yang terlebih dahulu terjadi, apakah sebelumnya ditaklukkan dengan perang setelah itu pihak Romawi baru memohon perdamaian? Atau ditaklukkan dengan perdamaian, atau sebagiannya ditaklukkan dengan peperangan? Tatkala mereka ragu-ragu menyikapi masalah ini mereka mengambil pendapat yang lebih hati-hati bahwa negeri ini ditaklukkan dengan damai.

Ada yang berpendapat bahwa setengahnya ditaklukkan dengan damai, dan setengahnya lagi dengan perang. Pendapat ini nampak kebenarannya ketika para sahabat berkumpul di gereja terbesar mereka dan mereka sepakat mengambil sebagiannya, dan meninggalkan sebagian lainnya untuk penduduk Damaskus, wallahu a 'lam.

Ada yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah yang menulis perjanjian damai, riwayat ini yang lebih sesuai dan masyhur, sebab Khalid telah diber-hentikan dari jabatannya. Ada yang mengatakan bahwa Khalidlah yang me-nuliskan perjanjian damai atas persetujuan Abu Ubaidah.Abu Hudzaifah Ishaq bin Bisyr menyebutkan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq wafat sebelum penaklukan Damaskus, dan Umar ra. telah mengirimkan surat kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah memberitahukan kepadanya dan kepada seluruh kaum muslimin berita duka cita tentang kematian Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan Umar ra. mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima ter-tinggi seluruh pasukan yang ditugaskan di Negeri Syam, dan Umar ra. meme-rintahkannya agar selalu bermusyawarah dengan Khalid dalam mengenai taktik peperangan. Tatkala surat itu sampai kepadanya, Abu Ubaidah segera menyembunyikan surat itu dari Khalid hingga akhirnya Damaskus ditaklukkan, setelah lewat dua puluh malam dari penaklukan Damaskus baru Abu Ubaidah sampaikan surat pengangkatannya dan pemberhentian Khalid, Khalid berkata kepadanya, "Semoga Allah SWT. merahmatimu, kenapa engkau tidak memberitahukan kepadaku sejak engkau terima surat itu?" Abu Ubaidah menjawab, " Aku khawatir akan melemahkan semangat berperangmu, padahal bukanlah kekuasaan dunia yang kuinginkan, dan bukan untuk dunia pula aku bekerja, kenikmatan apapun yang engkau lihat pasti segera akan berakhir dan sirna, kita adalah bersaudara, tidak ada salahnya seseorang muslim menggantikan saudaranya dalam urusan agama maupun dunianya."

PENAKLUKAN INGGRIS OLEH NORMANDIA
Penaklukan Inggris oleh Normandia dimulai tahun 1066 dengan dilancarkannya invasi ke Kerajaan Inggris oleh William sang Penakluk (Adipati Normandia), dan keberhasilannya di pertempuran Hastings menyebabkan kekuasaan Normandia terhadap Inggris.

WILLIAM SANG PENAKLUK � 1027-1087
Syahdan, di tahun 1066, Pangeran William dari Normandia hanya dengan beberapa ribu prajurit di belakangnya menyeberangi selat yang memisah daratan Benua Eropa dengan Inggris, menggendong tekad jadi penguasa Inggris. Tekad berani yang gila-gilaan ini ternyata berhasil, upaya penghabisan penyerbuan kekuatan asing yang dapat berjalan sebagaimana mestinya, Penaklukan orang Norman ini lebih dari sekedar merebut mahkota Kerajaan Inggris buat William dan keturunannya. Ini membawa pengaruh yang mendalam pada seluruh sejarah Inggris selanjutnya dalam pelbagai segi dan jenisnya yang tak terbayangkan oleh William sendiri.

William dilahirkan sekitar tahun 1027 di Falaise sebuah kota di Normandia, Perancis. Statusnya anak sundal, tetapi satu-satunya putera Robert I, Pangeran Normandia. Robert meninggal dunia tahun 1035 tatkala dalam perjalanan pulang berziarah ke Darussalam. Sebelum keberangkatannya dia sudah menunjuk William sebagai ahli warisnya. Jadi, pada umur delapan tahun, William sudah menjadi Pangeran Normandia. Jauh dari jaminan buatnya peroleh kedudukan yang enak dan mewah, justru pengangkatan membuat kedudukan ruwet buat William. Soalnya dia tak lebih dari anak kecil yang mesti mengepalai baron-baron yang jelas sudah pada tua bangka. Taklah mengherankan jika ambisi sang baron-baron itu lebih menonjol ketimbang kesetiaannya. Dan akibat-akibat selanjutnya sudahlah bisa ditaksir: terjadilah situasi anarki, tiga pengawal William dibunuh dengan kejam bahkan guru pribadinya pun digorok batang lehernya. Dengan bantuan Raja Perancis Henry I (yang sebetulnya tak lebih berstatus lambang belaka) William beruntung bisa terus dapat melihat sinar matahari di tahun-tahun awal hidupnya. Nasibnya belum seburuk pengawal pribadi atau gurunya.

Tahun 1042, ketika Williarn menginjak usia pertengahan belasan tahunnya, dia diangkat jadi perwira militer kehormatan. Sesudah itu dia punya peranan pribadi dalam peristiwa-peristiwa politik. Pecahlah kemudian serentetan pertempuran melawan baron-baron feodal Normandia yang pada akhirnya dapat dimenangkan William yang memantapkan kedudukannya. (Tak terelakkan lagi, status anak tak resmi yang ada pada diri William merupakan halangan politis sehingga kerap kali lawan-lawannya menyebutnya "sundelan"). Tahun 1603 dia berhasil menaklukkan Maine, provinsi tetangganya dan di tahun 1064 dia juga berhasil diakui selaku penguasa Brittania, juga propinsi tetangga yang lainnya.

Dari tahun 1042 hingga 1066, Raja Inggris adalah Edward "Sang Penerima Pengakuan." Karena Edward tak berputera satu pun, banyak rencana gerakan untuk pengganti kedudukan kerajaan Inggris. Dari sudut hubungan darah, tuntutan William menggantikan Edward adalah lemah; ibu Edward adalah adik perempuan kakek William. Tetapi, di tahun 1051, barangkali dipengaruhi oleh cara William menunjukkan bahwa dia punya kesanggupan, Edward menjanjikan William untuk menjadi penggantinya.

Tahun 1064, Pangeran Harold Goldwin yang paling kuat di Inggris dan sahabat karib serta ipar Edward masuk dalam genggaman William. William memperlakukan Harold sebagaimana mestinya tetapi menahannya sampai dia angkat sumpah sokong tuntutan William memperoleh mahkota Kerajaan Inggris. Banyak orang beranggapan sumpah model todongan macam ini tak punya legalitas dan ikatan moral, dan memang Harold sendiri tidak menganggap begitu. Tatkala Edward meninggal tahun 1066, Harold Goldwin menuntut mahkota Kerajaan Inggris buat dirinya sendiri dan sebuah badan yang namanya "Witan" (badan yang beranggotakan para bangsawan yang lazim ambil bagian dalam pengambilan keputusan siapa-siapa yang jadi pemegang mahkota kerajaan) memilihnya jadi raja baru. William, yang ambisinya berkobar-kobar dan murka kepada Harold karena melanggar sumpah, ambil keputusan menyerbu Inggris untuk merebut tahta dengan kekerasan senjata.

William menghimpun armada dan angkatan bersenjata di pantai Perancis, dan di awal Agustus 1066 dia sudah siap mengangkat sauh. Tetapi, ekspedisi itu ditunda beberapa minggu menunggu meredanya angin buruk dari utara. Sementara itu, Raja Norwegia Harald Hardraade melancarkan serangan terpisah terhadap Inggris melintasi laut utara. Harold Goldwin menyiagakan pasukannya di sebelah selatan Inggris, siap menghadapi serangan William. Dengan demikian dia harus mengerahkan pasukannya ke sebelah utara Inggris untuk menghadang serangan orang-orang Norwegia. Tanggal 25 September, dalam pertempuran di Stamford Bridge raja Norwegia tewas dan tentaranya berantakan.

Hanya dua hari kemudian angin berubah di Selat Kanal dan William bergegas mengerahkan pasukannya ke Inggris. Mungkin, sebaiknya Harold membiarkan William bergerak menuju arahnya atau sedikitnya mengistirahatkan prajuritnya secukupnya sebelum terjun ke medan pertempuran. Tetapi, yang dilakukannya malah kebalikannya. Dia buru-buru menggerakkan pasukannya kembali ke selatan menghadapi William. Kedua angkatan bersenjata bertemu tanggal 4 Desember 1066 dalam sebuah pertempuran terkenal di Hastings. Di ujung hari itu juga pasukan berkuda dan pemanah William sudah mampu memporak-porandakan kekuatan Anglo-Saxon. Menjelang turunnya malam, Raja Harold sendiri terbunuh. Dua saudaranya sudah terbunuh lebih dulu dalam pertempuran itu dan tak ada pemimpin Inggris tersisa yang punya bobot dan wibawa membentuk pasukan baru atau melawan tuntutan William atas mahkota kerajaan. William dinobatkan di London pada hari Natal.

Lepas lima tahun, pecah beberapa pemberontakan yang terpencar-pencar, tetapi William sanggup menggebrak mereka semua. William menggunakan dalih pemberontakan ini sebagai alasan menyita semua tanah di Inggris dan memaklumkan bahwa semua tanah itu miliknya pribadi. Banyak dari tanah-tanah itu kemudian dibagi-bagikan kepada pengikut-pengikut orang Norwegianya yang menguasai tanah itu dalam kondisi feodal selaku vassalnya. Akibatnya, seluruh aristokrasi Anglo-Saxon ditanggalkan, diganti oleh orang-orang Norwegia. (Betapa pun kedengarannya dramatis, cuma beberapa ribu orang saja yang secara langsung terlibat dengan perpindahan kekuasaan ini. Buat para petani penggarap masalahnya tak lebih dari pertukaran juragan belaka).

William senantiasa merasa dan berlagak dialah Raja Inggris yang absah dan selama masa hidupnya sebagian besar lembaga-lembaga Inggris dipertahankan sebagaimana adanya tanpa perubahan. Karena William berkepentingan peroleh informasi menyangkut apa yang jadi miliknya, dia memerintahkan dilaksanakannya sensus terperinci menyangkut penduduk dan harta benda. Hasil sensus itu direkam dalam sebuah buku besar disebut "Domesday Book", yang merupakan sumber informasi historis amat berharga. (Naskah aslinya masih terdapat hingga kini, disimpan di Kantor Pencatatan Umum di London).

William kawin dan punya empat putera dan lima puteri. Dia meninggal tahun 1087 di kota Rouen, Perancis Utara. Sejak saat itu tiap raja di Inggris merupakan keturunannya langsung. Anehnya, kendati William Sang Penakluk ini mungkin merupakan raja terpenting di Inggris, dia sendiri bukanlah orang Inggris, melainkan Perancis. Dia dilahirkan di Perancis dan tutup hayat di Perancis, menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di sana dan cuma bisa berbahasa Perancis. (Dia kebetulan seorang buta huruf).

Dalam hal mengukur arti penting pengaruh William atas sejarah satu hal yang paling mesti diingat adalah tak akan terjadi penaklukan orang Norman atas Inggris tanpa adanya William. William bukanlah pengganti mahkota Kerajaan Inggris semestinya. Kalau saja dia terjauh dari ambisi pribadi dan kemampuan, tak akan ada alasan sejarah perlunya orang Norman melakukan penyerbuan. Inggris tak pernah dapat serbuan dari Perancis sejak penaklukan Romawi 1000 tahun sebelumnya. Tak pernah terjadi penaklukan yang berhasil dari Perancis (atau dari mana pun) selama sembilan abad kecuali oleh William itu.

Pertanyaan yang timbul adalah seberapa jauhkah akibat yang dilontarkan oleh penaklukan Norman itu? Para penakluk Norman sebenarnya berjumlah relatif kecil namun dia punya pengaruh besar buat sejarah Inggris. Dalam lima atau enam abad sebelum penaklukan itu, Inggris sudah berulang kali diserbu oleh bangsa Anglo-Saxon dan Skandinavia dan dasar budayanya adalah Teutonik. Orang-orang Norman sendiri merupakan keturunan Viking tetapi bahasa mereka dan kulturnya Perancis. Karena itu, penaklukan oleh orang Norman mengakibatkan mendekatnya kebudayaan Inggris dengan Perancis. (Kini tampaknya hal macam itu barang lumrah tetapi di abad-abad sebelum jaman William Sang Penakluk, umunmya hubungan kultural Inggris bukannya dengan Perancis, melainkan dengan Eropa belahan utara). Apa yang dialami Inggris adalah pembauran dengan budaya Perancis dan Anglo-Saxon yang tak akan pernah terjadi tanpa adanya penyerbuan itu.

William memperkenalkan Inggris suatu bentuk feodalisme yang lebih maju. Raja-raja Norman, tak seperti Anglo-Saxon pendahulunya, membawahi ribuan pendekar-pendekar bersenjata, satu angkatan bersenjata yang tangguh menurut ukuran abad tengah. Orang-orang Norman punya ketetampilan pemerintahan dan administrasi sehingga pemerintahan Inggris menjadi salah satu dari pemerintahan yang kuat dan efektif di Eropa.

Akibat menarik berikutnya berkat penaklukan orang Norman adalah berkembangnya bahasa Inggris baru. Berkat itu terjadilah penambahan kata-kata baru ke dalam bahasa Inggris, begitu banyaknya penambahan yang terjadi sehingga kamus Inggris modern berjejalan kata-kata berasal dari Perancis dan Latin, melebihi kata-kata yang berasal-usul dari Anglo-Saxon. Lebih jauh lagi dari itu, selama tiga atau empat abad segera sesudah penaklukan Norman gramatika Inggris berubah dengan teramat cepatnya, sebagian besarnya cenderung ke arah penyederhanaan. Kalaulah saja tak terjadi penaklukan itu, jangan-jangan bahasa Inggris sekarang hanya sedikit berbeda dengan bahasa Jerman dan Belanda rendahan. Ini satu-satunya contoh betapa bahasa besar tidak akan terjelma sebagaimana bentuknya yang kita kenal sekarang ini tanpa lewat peranan usaha seseorang pribadi. (Perlu dicatat, bahasa Inggris sekarang jelas sekali merupakan bahasa yang terkemuka di dunia).

Juga bisa ditandaskan akibat lainnya dari penaklukan Norman terhadap Perancis sendiri. Sekitar empat abad sesudahnya, terjadi serentetan pertempuran antara raja-raja Inggris (yang karena berasal-usul dari orang Norman, memiliki tanah-tanah di Perancis) dengan raja-raja Perancis. Pertempuran ini merupakan rentetan nyata dari penaklukan Norman; sebelum tahun 1066 tak ada itu yang namanya peperangan antara Inggris dan Perancis.

Dalam banyak hal, hakekatnya Inggris beda dengan semua negara-negara daratan benua Eropa. Baik atas dorongan gairahnya selaku kerajaan besar dan berkat lembaga-lembaga demokratisnya, Inggris telah memberi pengaruh mendalam terhadap bagian-bagian dunia lain, lepas samasekali dari ukuran luas negerinya sendiri. Sampai seberapa jauhkah aspek sejarah politik Inggris ditilik dari akibat perbuatan-perbuatan William ?

Para sejarawan tidak setuju hanya pada masalah apa sebab demokrasi modern jabang bayinya lahir di Inggris dan bukannya, katakanlah, di Jerman. Tetapi, budaya dan lembaga-lembaga Inggris merupakan campuran dari Anglo-Saxon dan Norman, dan percampuran ini dihasilkan oleh akibat penaklukan orang Norman. Di lain pihak, rasanya agak sulit buat saya secara wajar memberikan terlampau berlebihan atas despotisme William dalam kaitan dengan pertumbuhan demokrasi Inggris di masa-masa selanjutnya. Tentu, ada harganya demokrasi di Inggris pada abad sesudah ditaklukkan William.

William Sang Penakluk tatkala pertempuran Hastings.
Ditilik dari ukuran Kerajaan Inggris, pengaruh William bisa kelihatan lebih jelas. Sebelum tahun 1066, Inggris berulang kali mengalami rupa-rupa penyerbuan. Sesudah tahun 1066, kedudukan dan peranannya justru terbalik. Berkat pemerintahan terpusat yang mapan dan kuat yang didirikan William dan yang terus dipertahankan oleh para pengganti sesudahnya, begitu pula berkat sumber dana militer yang dikuasai oleh pemerintahannya, Inggris tak pernah lagi dijamah orang. Malah, lalu gilirannya dia tak henti-hentinya terlibat dalam operasi militer di negeri lain. Karena itu lumrahlah jika kekuatan Eropa meluas ke negeri-negeri lain, dan lumrahlah bilamana Inggris berkemampuan punya lebih banyak daerah jajahan ketimbang negeri-negeri Eropa lain mana pun.

Keruan saja, orang tidak bisa bilang hanya semata-mata berkat William Sang Penakluk terjadinya semua perkembangan maju Inggris dalam sejarah. Tetapi yang sudah pasti dan tak perlu syak lagi penaklukan orang Norman merupakan faktor tak langsung dari segala kejadian yang timbul sesudahnya. Pengaruh jangka panjang William dengan sendirinya amatlah besar.

Bangsa Penakluk dari Asia Tengah
Asia Tengah, sebuah wilayah marjinal di pedalaman benua Asia, adalah tempat bermukimnya bangsa-bangsa penakluk. Disini selain ras Turkik, juga terdapat suku bangsa Mongol. Mereka telah mengembara sejak ribuan tahun lalu, menaklukkan berbagai peradaban besar dan (kemudian) mendirikan kerajaan-kerajaan kuat. Orang-orang Asia Tengah dikenal sebagai pejuang yang ulung. Alamnya yang berupa gurun, stepa, dan bukit, menyebabkan masyarakatnya hidup dari berburu, dan saling berperang satu sama lainnya. Beberapa tokoh militer yang melegenda, seperti Jengis Khan (1162-1227), Timurlenk (1336-1405), Muhammad al-Fatih (1432-1481), dan Muhammad Babur (1483-1530), lahir dari kelompok masyarakat ini. Bangsa Asia Tengah boleh jadi merupakan kelompok etnik terbesar saat ini, yang masih hidup dengan cara berpindah-pindah. Kehidupannya yang nomaden, berpotensi menjadi ancaman bagi peradaban-peradaban besar yang mapan. Sejarah telah membuktikan, bahwa bangsa-bangsa Asia Tengah yang perkasa itu, telah meluluhlantakkan imperium-imperium agung seperti Romawi, Byzantium, Abbasiyah, dan Song China.
Ras Turkik

Bangsa Turkik adalah satu dari dua ras utama penghuni Asia Tengah. Mereka diperkirakan berasal dari Pegunungan Altai, yang kemudian bermigrasi ke arah barat hingga mencapai Pegunungan Ural dan Selat Bosporus. Saat ini jumlah mereka tak lebih dari 200 juta jiwa. Beberapa kelompok etnik yang tergolong ke dalam bangsa ini antara lain : Uyghur, Tajik, Uzbek, Azerbaijan, Kazakh, Turkmen, Tatar, Kirgiz, Bashkir, dan Turki. Serta termasuk pula di dalamnya orang-orang Hun, Bulgar, Khazar, dan Timuriyah. Suku-suku tersebut dewasa ini merupakan representasi dari negara Tajikistan, Kirgiztan, Kazakhtan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Turki.
Namun jika dilihat kepada sejarah masa lalu, sebenarnya bangsa Turkik telah banyak mendirikan negara-negara kerajaan, yang bahkan beberapa diantaranya menjadi imperium besar. Suku Hun yang bermukim di sekitar sungai Volga, merupakan bangsa Turkik pertama yang mendirikan kerajaan besar. Hunnic Empire diperkirakan berdiri pada 370 SM hingga tahun 469. Di bawah kepemimpinan Attila, kerajaan ini mencapai puncaknya. Membentang dari Eropa Tengah ke Laut Hitam serta dari Sungai Danube ke Laut Baltik. Attila juga melakukan penyerangan terhadap bangsa Gothik di Perancis dan Italia. Meski kampanyenya di dua negara tersebut mengalami kegagalan, namun serangannya itu telah melemahkan kekuasaan raja-raja Romawi.

600 tahun setelah kehancuran imperium Hun, bangsa Turkik kembali bangkit dari tidur panjangnya. Tughril (990-1063), yang menyatukan prajurit-prajurit suku Turkmen, mendirikan Dinasti Seljuk pada tahun 1037. Pada mulanya dinasti ini hanya bagian dari kekuasaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Namun orang-orang Turkik, berhasil memainkan peranan penting dalam dunia militer dan politik kerajaan, sekaligus menggantikan posisi orang-orang Arab dan Persia yang mulai melemah. Dinasti Seljuk kemudian lepas dari kekuasaan Abbasiyah dan mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Alp Arslan. Di tahun 1068, Arslan menaklukkan semenanjung Anatolia dan memaksa mundur orang-orang Byzantium ke Eropa Timur. Penaklukan Arslan menjadi titik balik kebangkitan Turki dan kemunduran bangsa Eropa selama 600 tahun kemudian. Pada pertengahan abad ke-12, Dinasti Seljuk mulai melemah. Hal ini disebabkan oleh pemberontakan orang-orang mamluk Khwarezmi, yang kemudian berlanjut oleh penyerangan bangsa Kurdi dari Kerajaan Ayyubiyah.

Meski Dinasti Seljuk kalah dan terpecah belah, beberapa prajurit Turki yang tak mau menyerah, melakukan konsolidasi kekuatan. Mayoritas mereka terkonsentrasi di semenanjung Anatolia. Osman Gazi, salah satu dari keturunan pemimpin Seljuk, mendirikan Kesultanan Osmaniyah (Utsmaniyah atau Ottoman) pada tahun 1299. Kesultanan ini pada masa puncaknya memiliki teritori yang cukup luas, berkuasa di tiga benua, dan mempunyai angkatan perang yang sangat ditakuti. Tahun 1453 merupakan awal mula kejayaan Imperium Osmaniyah. Pada masa itu, Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel sekaligus membuka pintu bagi orang-orang Turki untuk menyapu daratan Eropa. Hingga kepemimpinan Suleiman "the Magnificent" (1494-1566), Osmaniyah telah berhasil menguasai dua pertiga daratan Eropa, seluruh wilayah Asia Barat dan Afrika Utara, serta kota-kota penting di sekeliling Lautan Tengah. Tidak hanya itu, Suleiman juga berhasil merumuskan peraturan serta undang-undang yang berlandaskan Islam, dan masih digunakan oleh berbagai negara hingga saat ini. Imperium Osmaniyah mengalami kehancuran pada awal abad ke-20. Keterlibatannya dalam Perang Dunia Pertama, menjadi faktor utama bubarnya imperium yang telah berkuasa selama 625 tahun itu.

Jika di sebelah barat orang-orang Turki berhasil mendirikan Dinasti Seljuk dan Imperium Osmaniyah, maka di bagian timur mereka membangun Kesultanan Mughal. Mughal didirikan oleh Muhammad Babur pada tahun 1526. Kesultanan ini merupakan kelanjutan dari Dinasti Timuriyah yang berkuasa di Iran pada abad ke-14 hingga ke-16. Di awal abad ke-16, Babur bersama para prajurit Turki melakukan invasi ke kawasan utara India. Mereka menaklukkan Kesultanan Delhi dan Kesultanan Bengal yang sudah bertapak sejak ratusan tahun sebelumnya.
Masa puncak kejayaan Mughal dicapai pada masa pemerintahan Muhammad Akbar (1542-1605). Setelah melakukan serangkaian penaklukan terhadap kelompok Hindu Rajput, Akbar mempersatukan orang-orang Muslim dan Hindu dengan melakukan perkawinan diantara mereka. Akbar juga memperkenankan berkembangnya tradisi Zoroastrianisme, Katholik, dan Jainisme di tengah-tengah masyarakat. Salah satu terobosannya yang cukup penting adalah membebasan pajak bagi masyarakat Hindu. Hal ini merupakan salah satu bentuk empatinya terhadap mereka yang tertaklukkan.
Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Aurangzeb (1618-1707) adalah sultan Mughal yang terpenting. Ia memimpin selama 49 tahun, menguasai daerah seluas 1,25 juta km2, memerintah hampir seperempat penduduk dunia, dan berhasil membawa Mughal menjadi salah satu negara terkaya. Bendahara kesultanan mencatat bahwa pemasukan tahunan pemerintahan Aurangzeb mencapai �100 juta, yang berasal dari pajak, bea, dan pendapatan tanah di 24 wilayah propinsi. Tidak seperti para pendahulunya : Akbar, Jahangir, dan Shah Jahan yang berpandangan liberal, Aurangzeb justru merupakan seorang muslim konservatif, yang berusaha mengembalikan kedudukan Al Quran dan hadist kepada tempatnya. Seperti halnya Suleiman, ia juga merumuskan hukum Islam ke dalam undang-undang negara. Ia melarang segala bentuk prostitusi, alkohol, narkotika, dan perjudian. Setelah kematian Aurangzeb, imperium Mughal mengalami kemunduran. Beberapa wilayah kekuasaannya diambil alih Kerajaan Maratha dan akhirnya oleh Imperium Inggris.
Ras Mongol

Bangsa Mongol merupakan sekelompok etnik yang mendiami Gurun Gobi dan stepa di wilayah utara Cina. Pada abad ke-7 SM, mereka bermigrasi ke arah timur laut Cina dan membentuk peradaban Donghu. Donghu merupakan sebuah konfederasi orang-orang Mongol yang hidup dari berternak dan bercocok tanam. Mereka juga mengembangkan kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan perunggu. Pada tahun 209 SM, Modu Chanyu (234 SM-174 SM) mendirikan Kerajaan Xiongnu. Pada mulanya Modu menganeksasi Donghu, kemudian ia berhasil mengumpulkan seluruh suku-suku pengembara dan menaklukkan wilayah yang cukup luas. Xiongnu bahkan mengancam Dinasti Han di selatan, dan memaksa orang-orang Cina untuk membangun tembok besar (Great Wall). Pada masa puncak kejayaan, Imperium Xiongnu terbentang dari Sungai Liao di timur hingga ke Pegunungan Pamir di sebelah barat. Atau satu setengah kali lebih besar dari teritori Mongolia saat ini.

Tahun 1206 merupakan titik balik bagi kebangkitan bangsa Mongol. Jengis Khan (Temujin), seorang pemburu dan ahli perang yang brilian, mendirikan Imperium Mongol (Mongol Empire). Di bawah kekuasaannya ia menyatukan seluruh bangsa Mongol dan Turkik, termasuk juga di dalamnya bangsa Cina, Arab, dan Persia. Jengis adalah seorang yang kuat dan jenius, disamping juga berwatak kejam dan brutal. Dalam kampanyenya ke berbagai negara, ia telah membunuh jutaan rakyat sipil, membantai ribuan binatang, serta membakar ratusan bangunan dan lahan pertanian.
Pada mulanya ia menyatukan suku-suku Merkit, Naiman, Mongol, Kerait, Tatar, dan Uyghur, di sekitar Gurun Gobi. Kemudian ia memimpin sejumlah pasukan berkuda untuk menyerang negara-negara disekitarnya. Pada periode 1206-1215, ia menaklukkan Xia Dinasti dan Jin Dinasti. Tiga tahun berikutnya merebut Kuchlug dan Kerajaan Kara-Khitan. Di tahun 1219, Jengis berencana untuk menguasai Imperium Khwarezmi. Untuk itu, ia menyiapkan sekitar 200.000 orang prajurit, yang termasuk di dalamnya jenderal-jenderal terbaik dan para putranya. Dua tahun kemudian, Urgench : benteng terakhir Khwarezmi, sudah dapat dihancurkan. Namun dalam penaklukkan itu, sekitar 1,2 juta orang Urgench tewas seketika. Invasi tersebut merupakan salah satu tragedi terburuk dalam sejarah umat manusia.

Setelah Jengis Khan wafat, posisinya digantikan oleh putranya : Ogedei Khan (1186-1241). Namun kepemimpinan dan kecepatan invasi Ogedei tak sebanding dengan ayahnya. Kublai Khan (1215-1294), cucu Jengis dari putra bungsunya : Tolui, justru memiliki reputasi yang lebih baik. Kublai dikenal sebagai pendiri Dinasti Yuan Cina. Dia merupakan orang Mongol pertama yang berhasil menguasai seluruh daratan Cina. Tak hanya itu, ia juga berhasil menaklukkan Baghdad, ibu kota Imperium Abbasiyah, dan separauh daratan Eropa. Selain melakukan ekspansi militer, Kublai juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni. Konon selama kepemimpinannya, ia telah mendirikan 20.166 sekolah umum. Setelah kematiannya, Imperium Mongol tercerai berai. Terbagi menjadi empat kerajaan : Chagatai, Kipchak, Ilkhanat, dan Yuan Cina. Pada masa puncaknya, imperium ini menguasai wilayah seluas 24 juta km2 (16% dari seluruh daratan di muka bumi), dan memerintah 100 juta orang penduduk. Meski hanya bertahan 162 tahun, namun pencapaian ini merupakan raihan terbesar yang pernah diukir oleh umat manusia.

Penaklukan Romawi di Britania
Penaklukan Romawi di Britania adalah suatu proses penaklukan yang dilakukan oleh Romawi terhadap Britania. Penaklukan ini merupakan proses yang terjadi secara bertahap. Romawi berhasil menaklukan Britania pada secara efektif pada 43 M di bawah kaisar Claudius, yang jenderalnya Aulus Plautius bertugas sebagai gubernur pertama Britania. Namun, Britania Raya sebelumnya telah sering menjadi sasaran invasi, yang aktual dan terencana, oleh pasukan Republik Romawi dan Kekaisaran Romawi.

Penaklukan Romawi di Britania
Seperti halnya daerah-daerah lainnya di ujung kekaisaran, Britania menikmati hubungan diplomasi dan perdagangan dengan bangsa Romawi sejak ekspedisi Julius Caesar pada 55 dan 54 SM. Ekonomi dan budaya Romawi juga ikut memengaruhi Britania. Pengaruh Romawi merupakan unsur penting pada akhir Zaman besi pra-Romawi di Britania, terutama di daerah selatan.

Antara 55 SM dan 40-an M, status quo pada upeti, sandera, dan negara klien tanpa pendudukan militer langsung, yang dimulai oleh Invasi Caesar ke Britania, tetap utuh. Augustus menyiapkan invasi pada 34 SM, 27 SM dan 25 SM. Yang pertama dan kedua dibatalkan karena adanya pemberontakan di berbagai daerah di kekaisaran, sedangkan yang kedua batal karena bangsa Briton tampaknya siap melakukan kesepakatan Berdasarkan Res Gestae karya Augustus, dua raja Britania, Dumnovellaunus dan Tincomarus, pergi ke kota Roma sebagai pemohon pada masa kekuasaannya, dan berdasarkan Geografi karya Strabo, yang ditulis pada periode ini, Britania membayar lebih dalam hal pabean dan tugas yang dapat ditarik melalui pajak jika pulau tersebut ditaklukan.

Akan tetapi, menjelang 40-an M situasi politik di Britania menjadi kacau. Catuvellauni menggantikan Trinovantes sebagai kerajaan terkuat di Britania tenggara, dan merebut ibukota Trinovantes, Camulodunum (Colchester). Mereka juga menekan tetangga mereka Atrebates, yang dipimpin oleh mantan sekutu Julius Caesar, Commiu.

Penaklukan Konstatinopel ?
"Apakah kalian pernah mendengar suatu kota yang terletak sebagiannya di darat dan sebagiannya di laut? Mereka (para sahabat) menjawab: Pernah wahai Rasulullah. Beliau Saw bersabda: Tidak terjadi hari kiamat, sehingga ia diserang oleh 70.000 orang dari Bani Ishaq. Ketika mereka telah sampai di sana, maka mereka pun memasukinya. Mereka tidaklah berperang dengan senjata dan tidak melepaskan satu panah pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu. Berkata Tsaur (perawi hadits): Saya tidak tahu kecuali hal ini ; hanya dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata yang kedua kalinya Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuh pula sebagian yang lain (darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kota itu. Lalu mereka pun memasukinya. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah seseorang (setan) seraya berteriak : Sesungguhnya dajjal telah keluar. Kemudian mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali."HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyratus Sa'ah
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, "Kota manakah yang lebih dahulu ditaklukkan, Konstantin atau Roma? Maka beliau Saw menjawab,"Kota Heraklius akan ditaklukkan pertama kali.
islampos.com�DALAM hadist di atas, jelas sekali bahwa salah satu isyarat dari Rasulullah saw tentang akhir zaman adalah penaklukkan Konstantinopel untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, negeri Turki akan kembali kepada kekuasaan umat Islam hingga terbitnya matahari dari barat.

Bila penaklukkan Konstantinopel pada masa sultan Muhammad Al-Fatih di era khilafah Utsmaniyah terjadi lewat peperangan yang dahsyat, dengan mengerahkan pasukan besar yang didukung oleh peralatan perang yang paling modern di zamannya; tidak demikian halnya dengan penaklukkan Konstantinopel di akhir zaman yang kelak terjadi di era imam Al-Mahdi. Penaklukan Konstantinopel pasca al-malhamah al-kubra merupakan kejadian yang di luar kebiasaan manusia. Penaklukan yang unik ini dilakukan oleh 70.000 Bani Ishaq, tanpa menggunakan pedang dan tombak, apalagi senjata-senjata berat. Mereka hanya menggunakan takbir dan tahlil, maka terbukalah benteng Konstantinopel. Di saat tentara Al-Mahdi tengah mengumpulkan ghanimah, tiba tiba terbetik kabar bahwa Dajjal telah muncul.

Siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq pada riwayat di atas ? Para penulis tentang fitnah akhir zaman berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq. Ada yang menyebutkan bahwa mereka adalah Bangsa Romawi yang masuk Islam di akhir zaman, namun sebagian mengatakan bahwa bani Ishaq adalah keturunan Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Pendapat ini dipilih oleh Al Hafidz Ibnu Katsir.

Mengenal Lebih Detil Tentang Bani Ishaq
Untuk mengetahui siapakah sebenarnya Bani Ishaq, perlu menelaaah kembali buku-buku sejarah masa silam, terutama tentang perjalanan Nabi Ibrahim. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir, bahwa Bani Ishaq adalah keturunan Al-Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Maka sangat keliru orang yang menyebutkan bahwa bani Ishaq adalah bangsa Rum atau keturunan Yahudi yang masuk Islam. Untuk bangsa Rum Rasulullah Saw menyebut mereka sebagai bani Ashfar, sebagian mereka ada yang masuk Islam di zaman Al-Mahdi, sehingga membuat kawan-kawan yang setanah air dengan mereka menjadi marah dan menginginkan agar kaum muslimin menyerahkan mereka kembali. Namun kaum muslimin tidak menyerahkan sebagian Bani Asfar yang masuk Islam itu kepada bangsa Rum. Bani Ishaq juga bukan keturunan Israel. Sebab Bani Israel kemunculannya adalah setelah nabi Ishaq.

Bani Ishaq yang disebutkan Rasulullah Saw sebagai pembebas Konstantin adalah keturunan Ish bin Ishaq bin Ibrahim. Sedangkan Bani Israel adalah keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Mereka adalah sisa-sisa pasukan Islam dari Madinah yang menang dalam pertempuran terdahsyat melawan Bangsa Rum dalam Malhamah Kubra. Mereka inilah yang dikatakan oleh Rasulullah Saw sebagai pasukan "tidak akan terkena fitnah selamanya atau tidak akan tersesat selamanya". Maka, sangat keliru jika Bani Ishaq adalah mereka bangsa Eropa yang masuk Islam lalu bergabung dengan pasukan Al-Mahdi.

Kemungkinan yang paling logis adalah keturunan Ish ini kemudian menyebar di wilayah Khurasan (Afghanistan, Pakistan, Kashmir, Iraq dan Iran). Mereka adalah kaum muslimin yang ketika berita Al-Mahdi telah datang segera menyambutnya dan memberikan pertolongan kepadanya. Mereka adalah pasukan berbendera hitam (ashhabu rayati Suud) yang membai'at Al-Mahdi dan menjadi pengikutnya. Sebelum terjadinya penaklukan Konstantin, mereka adalah umat Islam yang selalu menyertai Al-Mahdi dalam semua penaklukannya, termasuk dalam penaklukan Jazirah Arab.
Pengikut Al-Mahdi bukan hanya dari ashhabu rayati suud, banyak umat Islam lain yang turut bergabung pada awal kemunculannya. Namun seiring perjalanan waktu, sebagian mereka ada yang tidak sanggup bertahan menjalani kehidupan bersama Al-Mahdi, karena beratnya beban jihad yang harus dipikul. Puncak pengkristalan pasukan Al-Mahdi adalah dalam peristiwa perang Malhamah Kubra di A'maq dan Dabiq, dimana 1/3 pasukan Al-Mahdi murtad dan mundur dari peperangan, 1/3 pasukan mendapatkan syahadah, dan sisanya adalah 1/3 pasukan. Sisa pasukan itulah yang terus bertahan bersama Al-Mahdi dalam pertempuran berikutnya. Jumlah 1/3 pasukan itulah yang disebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai manusia terbaik yang hidup di dunia. Mereka datang dari kota Madinah. Namun, mereka bukan penduduk Madinah asli, mereka adalah umat Islam yang datang dari arah Timur (Khurasan). Dalam penaklukan Jazirah Arab, mereka terus-menerus mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya selama beberapa waktu mereka tinggal di Madinah.

Jadi Bani Ishaq adalah penduduk Madinah / penduduk Hijaz yang setia menemani Al-Mahdi sejak mereka memba'iatnya. Mereka adalah pemilik bendera hitam yang datang dari Khurasan untuk mengukuhkan kekuasaan Al-Mahdi dan membebaskan Jazirah Arab lalu menetap di dalamnya selama beberapa masa. Mereka inilah yang kelak menaklukkan negri Konstantinopel dengan 70.000 pasukan.
Ada beberapa nash yang mengisyaratkan hal itu, dimana penduduk Khurasan (Persia) kelak akan menggantikan orang-orang Madinah asli. Mereka akan menggapai apa yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw kepada mereka. Bukankah beliau pernah bersabda: 'Seandainya ilmu (agama) itu berada di bintang Tsuraya, niscaya akan menggapainya orang-orang dari keturunan Persia."

Prediksi bahwa penduduk Arab akan digantikan oleh bangsa lain telah disebutkan oleh Rasulullah Saw dalam beberapa riwayat, di antaranya sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Tirmidzi dalam Al Miskat:
Ketika turun ayat 38 surah Muhammad, "Jika kamu berpaling (dari agama), niscaya Dia (Allah) akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu", maka sebagian sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, jika kita berpaling, siapakah yang akan menggantikan tempat (kedudukan) kita?" Nabi meletakkan tangannya yang penuh berkah ke atas bahu Salman al-Farisi dan bersabda, "Dia dan kaumnya (yang akan menggantikan kamu). Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika agama ini bertaburan di 'Tsurayya', maka sebagian dari orang Persia akan mencarinya dan memegangnya."

Dalam riwayat di atas, para sahabat khawatir setelah turunnya surah Muhammad ayat 38. Mereka khawatir bila diganti oleh kaum lain. Sehingga, para sahabat bertanya pada Rasululllah "Bila kami diganti kaum lain, siapakah mereka, ya Rasulullah?" Maka, Rasulullah menjawab, "Sebagian kaum Persia." Nash di atas menunjukkan bahwa yang akan menggantikan bangsa Arab adalah sebagian penduduk Persia, bukan seluruh Persia. Bisa jadi Persia Iran, atau Persia Afghan atau Persia Pakistan atau Persia Kashmir. Wallahu 'alam
Merekalah yang akan menggantikan kedudukan orang Arab di Jazirah, sampai akhirnya mereka menjadi penduduk terbaik di bumi yang berasal dari Madinah. Melalui tangan mereka Rum dikalahkan dan Konstantin ditaklukkan.
Bilakah peristiwa itu terjadi ?

Besar kemungkinan peristiwa tersebut terjadi pada zaman Al-Mahdi, dimana kemunculan Al-Mahdi adalah saat manusia berselisih dan bertikai, kondisi umat Islam secara umum dalam puncak kehinaan dan terus didzalimi. Sementara penduduk Arab justru terbuai dengan dunia karena kemewahan hidup dan melimpahnya kekayaan mereka. Agama sudah banyak ditinggalkan dan perwalian mereka sudah digadaikan kepada bangsa barat.
Akibatnya, Allah mengganti mereka dengan kaum lain yang tidak seperti mereka. Berdasarkan hadits tersebut, maka orang-orang keturunan Arab di Jazirah akan digantikan kedudukannya oleh sebagian orang Persia (kemungkinan adalah sebagian penduduk Khurasan dari wilayah Afghanistan, Pakistan, Kashmir dan Iraq). Hal ini akan terjadi pada zamannya Al-Mahdi. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ashabu Rayati Suud, Rasulullah Saw bersabda, "Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi, tak seorangpun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu (orang Arab) dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. Maka jika kamu melihatnya, berbaiatlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi." (HR. HR. Ibnu Majah: Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi no. 4074)

Jadi, bani Ishaq adalah orang Persia (Khurasan). Imam Nawawi dalam syarahnya tentang 70 ribu bani Ishaq berpendapat bahwa, "Penduduk (Farisi) Persia adalah orang-orang yang dimaksud dengan keturunan Ishaq". Al-Mas'udi dalam kitabnya yang berjudul Muruj adz-Dzahab berpendapat, "Orang-orang yang mengerti tentang jalur-jalur nasab orang Arab dan para hukama menetapkan bahwa asal-usul orang Persia adalah dan keturunan Ishaq putra Nabi Ibrahim.

Penaklukan Islam (632�732),
(Bahasa Arab: , al-Fatu?at al-Islamiyya) juga merujuk kepada Penaklukan oleh Orang Islam atau Penaklukan Arab,[1] ke atas orang bukan Arab bermula selepas kewafatan Nabi Muhammad. Baginda mewujudkan sebuah kesatuan baru di Semenanjung Arab diikuti dengan Khulafa al-Rasyidin dan Kerajaan Bani Umayyah melihat pengembangan pantas kuasa Muslim.
Mereka berkembang melewati Semenanjung Arab dan membentuk empayar Islam yang mempengaruhi wilayah luas dari perbatasan negeri China dan benua kecil India, merentasi Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika Utara, Sicily, dan Semenanjung Iberia hinggalah ke banjaran Pyrenees. Sejarawan terkenal, Edward Gibbon menulis di dalam The History of the Decline and Fall of the Roman Empire ("Sejarah Kemerosotan dan Kejatuhan Empayar Rom"):
Di bawah pemerintah Umayyah terakhir, empayar Arab berkembang sejauh dua ratus hari perjalanan dari timur ke barat, dari Tartary dan India ke pantai Lautan Atlantik. Dan jika kita "memotong lengan jubah" [pendekkan cerita], seperti yang dikatakan penulis mereka, wilayah panjang dan sempit yang dilalui kafilah. Kita mencari dengan sia-sia kesatuan kuat dan keakuran kerajaan Augustus dan Antony; tetapi kemajuan Islam meresapi wilayah luas ini dengan adab dan pendapat yang serupa. Bahasa dan hukum-hukum al-Qur'an ditelaah dengan kegigihan serupa sama ada di Samarkand atau di Seville: orang Moor dan India berpelukan seperti teman senegeri dan saudara semasa mereka melakukan ibadat Hajidi Makkah; dan bahasa Arab diambil sebagai bahasa pertuturan popular di semua wilayah ke barat [sungai] Tigris.


Penaklukan oleh Muslim membawa kepada kejatuhan Empayar Sasan dan kehilangan wilayah besar bagi Empayar Byzantine. Sebab-musabab kejayaan Muslim sukar di bina semula jika ditinjau kembali, terutamanya kerana hanya terdapat serpihan sumber rujukan zaman tersebut yang kekal. Kebanyakn ahli sejarah mempercayai bahawa empayar Sasan dan Byzantine Rom lesu dari segi ketenteraan dan ekonomi selepas saling berperang bagi waktu beberapa dasawarsa. Sebab-musabab kejatuhan pantas kerajaan Visigoth di Hispania pula sukar masih difahami.
Orang Yahudi dan Kristian di Parsi serta Yahudi dan pengikut Syariat Nabi Yaakub (Monophysite) di Syam berasa tidak puas hati dan kadang kala menyambut baik tentera Islam kerana pergesaran agama di kedua-dua empayar.[2] Dalam kes Mesir Byzantine, Palestin dan Syam pula, wilayah-wilayah baharu sahaja ditakluk kembali daripada orang Parsi (Sasan) dan tidak diperintah Byzantine selama lebih daripada 25 tahun.

Sejarawan Fred McGraw Donner, bagaimanapun menyarankan bahawa sebab-sebab utama tentera al-Rasyidin dapat menubuhkan empayar yang besar dalam waktu sekitar 100 tahun adalah penubuhan sebuah negara di semenanjung Arab, kesatuan ideologi (yakni, agama) dan mobilisasi. Anggaran saiz empayar Islam pada zaman Khalifah menggambarkan ia melebihi 13 juta kilometer persegi (lima juta batu persegi) , lebih besar daripada semua negara moden melainkan Rusia.

Penaklukan Rusia di Siberia terjadi pada abad ke-16, ketika Kekhanan Siberia ditaklukan oleh Rusia.
Penaklukan Siberia dimulai pada Juli 1580, ketika sekitar 540 Cossack dibawah pimpinan Yermak Timofeyevich menyerbu Vogul. Rusia berhasil mencapai Danau Baikal dan lalu Laut Okhotsk dan Sungai Amur. Namun mereka mencapai perbatasan Tiongkok dengan musuh yang bersenjatakan artileri, sehingga serangan mereka terhambat.

Rusia mencapai Samudra Pasifik tahun 1639. Setelah penaklukan Kekhanan Siberia, seluruh Asia Utara - wilayah yang lebih luas dibanding kekhanan - dikenal sebagai Siberia dan pada tahun 1640 perbatasan timur Rusia telah meluas hingga lebih dari beberapa juta kilometer persegi. Banyak kota modern Rusia di Siberia Barat didirikan, seperti Tyumen dan Tobolsk.

11. Penaklukan Islam di Suriah terjadi pada paruh pertama abad ke-7.[1], dimana wilayah ini sudah dikenal sebelumnya dengan nama lain seperti Bilad al-Sham, Levant, atau Suriah Raya. Sebenarnya pasukan Islam sudah berada di perbatasan selatan beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal dunia tahun 632 M, seperti terjadinya pertempuran Mu'tah pada tahun 629 M, akan tetapi penaklukan sesungguhnya baru dimulai pada tahun 634 M dibawah perintah Kalifah Abu Bakar and Umar bin Khattab, dengan Khalid bin Walid sebagai panglima utamanya.[1]

Suriah Bizantium

Suriah dibawah pemerintahan Romawi timur selama 7 abad sebelum Islam datang, juga pernah di invasi beberapa kali oleh Kekaisaran Sassania Persia yaitu pada abad ke-3, 6 dan 7; Suriah juga menjadi target serangan sekutu Sassania, Lakhmid[2]. Wilayah ini disebut Provinsi Iudaea oleh Bizantium. Selama perang Romawi-Persia terakhir, yang dimulai pada tahun 603, pasukan Persia dibawah pimpinan Khisra II berhasil menduduki Suriah, Palestina and Mesir selama lebih dari satu dekade sebelum akhirnya berhasil dipukul mundur oleh Heraclius dan dipaksa berdamai dan mundur dari wilayah yang mereka kuasai itu pada tahun 628 M. Jadi, pada saat Islam berperang melawan Romawi ini sebenarnya mereka sedang menata kembali wilayahnya yang sempat hilang selama kurang lebih 20 tahun tersebut.

Penaklukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab
Wilayah Islam tahun 622-750 M.
�� Perluasan wilayah pada masa Nabi Muhammad, 622-632
�� Perluasan wilayah pada masa Khulafaur Rasyidin, 632-661
�� Perluasan wilayah pada masa Bani Umayyah, 661-750

Wilayah pertama yang berhasil ditaklukkan adalah Damaskus pada tahun 635 M, dan Yerusalem pada tahun 637 M. dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab.
Pada saat menyerahnya Damaskus ke tangan Islam, penduduk dijamin keamanannya (harta, nyawa, bahkan gereja) dengan syarat mereka mau membayar upeti atau jizyah.

Serangan balik Heraklius sempat membuat kaum muslimin mundur dari Yerusalem dan Damaskus, tetapi hanya sebentar saja karena pasukan Romawi berhasil dihancurkan pada pertempuran Yarmuk (636 M.). Akhirnya kedua wilayah ini berhasil direbut kembali pada tahun 640 M. yang sekaligus menandai selesainya penaklukan di Suriah secara total.
Khalifah Umar membagi Suriah menjadi 4 distrik besar yaitu Damaskus, Hims, Yordania, dan Palestina (kemudian ditambah lagi distrik Kinnasrin). Ia juga memerintahkan kepada seluruh tentara Islam agar tetap tinggal dalam barak-barak militer, sehingga kehidupan masyarakat lokal tidak terganggu dan tetap berjalan seperti biasa.
Banyak suku-suku arab yang sudah lama menetap di Suriah akhirnya beralih ke Islam dan juga suku Ghassan. Khalifah juga menerapkan toleransi beragama sehingga memberi citra positif bagi pemeluk agama Kristen Nestorian, Kristen Yacobite dan Yahudi dimana pada masa kekuasaan Romawi mereka dianiaya. Hal inilah yang dianggap sebagai hal terpenting dari suksesnya pemerintah Islam menata wilayah mereka disamping pemerintah juga menghindari pemungutan jizyah secara berlebihan apalagi disertai pemaksaan. Zakat dikenakan kepada petani hanya sesuai dengan hasil panennya, jizyah diambil dari penduduk yang masih kafir sebagai imbalan atas jaminan perlindungan pemerintah dan pembebasan dari wajib militer.


Khalifah Umar juga membuat zona penyangga diseluruh jazirah arab (tempat lahirnya Islam), dan setelah Suriah yang terletak di barat jatuh ke tangan kaum muslimin, pasukan Islam bisa memfokuskan arah ke wilayah timur untuk menaklukkan Kekaisaran Sassania Persia. Setelah Persia juga jatuh ke tangan kaum muslimin mereka kemudian memfokuskan kembali ke provinsi Bizantium, Aegiptus.
[sunting]Penaklukan pada masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan

Khalifah Ustman tidak memperluas wilayah kekuasaan Islam seperti pada masa Umar, tetapi tentaranya difokuskan untuk merintangi usaha Romawi Timur untuk menduduki kembali wilayah mereka di Afrika Utara.
Pada tahun 639 M. khalifah memerintahkan kepada Mu'awiyah (yang juga sepupu beliau) sebagai gubernur Suriah untuk membuat suatu armada laut islam pertama untuk menjaga perairan Mediterania dari serangan kapal perang Bizantium. Berkat pembentukan armada laut inilah akhirnya Islam dapat menaklukkan pulau Siprus pada tahun 649 M.

Penaklukan pada masa Bani Umayyah
Mu'awiyah menjadikan Damaskus sebagai basis kekuatan untuk melebarkan wilayah Islam saat ia menjadi khalifah pada tahun 660 M. Ia tercatat sebagai khalifah bani Umayyah pertama yang memimpin kekhalifahan Islam dengan pusat di Suriah dan menjadikan Damaskus sebagai ibukotanya yang terus bertahan hingga abad berikutnya.

Salam,

Dwi Hartoyo, SP

REFERENSI
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Umayyah_di_Hispania
2. http://gashibunusantara.wordpress.com/2012/08/05/penaklukan-damaskus/
3. http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/11/bangsa-penakluk-dari-asia-tengah/
4. http://media.isnet.org/iptek/100/William.html
5. http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/12/11/10-penakluk-terhebat-dalam-sejarah/
6. http://ms.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Islam
7. http://yasirmaster.blogspot.com/2012/10/bilakah-terjadinya-penaklukan.html
8. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Rusia_di_Siberia
9. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/318120-29-5-1953--penakluk-pertama-gunung-everest
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Islam_di_Suriah
11. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Muslim_di_Mesir
12. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Muslim_di_India
13. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Wei_di_Han
14. http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Islam_di_Afghanistan