Wednesday, February 13, 2013

Hipnoterapi Jakarta - PENGAWET MAKANAN & Solusi Tepat Guna


Fungsi bahan pengawet memang sangat terasa manfaatnya oleh para produsen makanan. Karena tidak semua makanan yang di produksi selalu habis terjual dalam satu hari. Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan dan minuman yang serba praktis, tahan lama dan memiliki tampilan menarik. Solusi yang dilakukan industri pangan adalah menambahkan bahan pengawet agar kualitas produk meningkat dan tahan lama. Sebenarnya ada cara aman dan sehat dalam mengawetkan makanan, yaitu mengawetkan makanan secara alami.

Dewasa ini, dunia banyak diguncangkan dengan bahan-bahan pengawet buatan yang sering digunakan oleh pabrikan-pabrikan makanan. Pabrikan makanan tersebut menggunakan sebuah pengawet buatan seperti Boraks, Formalin, Natrium Benzoat,dsb.Bahan-bahan berbahaya tersebut digunakan dengan maksud meminimalisir pengeluaran dan memaksimalkan pemasukan. Orang menjadi takut untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung bahan-bahan diatas. Pemerintah hendaknya tidak hanya melarang dan menghimbau atau bahkan menindak para produsen karena penggunaan bahan pengawet yang dilarang, tetapi pemerintah hendaknya memberikan solusi tepat guna agar para pedagang bisa menemukan metode pengawetan yang tidak dilarang.

Pengawetan makanan
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.

Mengenal Jenis Pengawet Makanan
Kualitas makanan ditentukan oleh cita rasa, tekstur, warna dan nilai gizi. Untuk meningkatkan kualitas mutu nilai pangan, pengawetan makanan bisa meningkatkan kualitas produk makanan. Seperti pada tujuan menambahkan pengawet makanan adalah memperpanjang daya simpan dengan cara mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.

Pengawet makanan digolongkan menjadi dua, pertama pengawet alami yang bisa diperoleh dari bahan makanan segar seperti bawang putih, gula, garam dan asam. Golongan kedua adalah pengawet sintetis. Pengawet ini merupakan hasil sintesis secara kimia. Bahan pengawet sintetis mempunyai sifat lebih stabil, lebih pekat dan penggunaannya lebih sedikit. Kelemahan pengawet sitetis adalah efek samping yang ditimbulkan. Pengawet sintetis dipercaya bisa menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, seperti memicu pertumbuhan sel kanker akibat senyawa karsinogenik dalam pengawet. Contoh dari pengawet sintetis adalah nastrium benzoat, kalium sulfit dan nitrit. Penambahan pengawet alami jauh lebih baik karena dampak buruknya terhadap kesehatan lebih kecil.

Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara garis besar ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia.

Pengawetan secara Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya adalah:

  • pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia

Pengawetan secara Biologi dan kimia
Pengawetan makanan secara biologi dan kimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.

Prinsip Pengawetan Makanan
Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:

  1. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama
  3. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba.

Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik. Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah :

  • mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  • mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
  • menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  • membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Berikut adalah bahan pengawet makanan yang sering digunakan.
Pertama, asam-asam organik yang ditemukan dalam makanan.
kedua, benzoat(bentuk garam kalsium, dan sodium) digunakan untuk mencegah ragi dan bakteri pada makanan yang berupa selai, minuman, pikel, kecap, dan margarin.
Ketiga, Asam asorbat dan garam larutannya telah digunakan untuk pengawetan makanan sejak dahulu. Berbagai jenis bahan makanan tersebut dapat digunakan dan dipilih dalam proses pengawetan makanan.

Bahan pengawet
adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.

Selain bahan pengawet di atas, masih ada jenis pengawet alternatif yang diperoleh dari bahan pangan segar seperti bawang putih, gula pasir, asam jawa dan kluwak. Bahan-bahan ini dapat mencegah perkembangbiakan mikroorganisme pembusuk. Mari kita kenali satu persatu masing-masing jenis pengawet alami:

Garam Dapur
Garam dapur adalah senyawa kimia Natrium chlorida (NaCl). Garam dapur merupakan bumbu utama setiap masakan yang berfungsi memberikan rasa asin. Selain meningkatkan cita rasa garam juga berfungsi sebagai pengawet. Sifat garam dapur adalah higroskopis atau menyerap air, sehingga adanya garam akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme mati karena dehidrasi. Garam dapur juga dapat menghambat dan menghentikan reaksi autolisis yang dapat mematikan bakteri yang ada di dalam bahan pangan.

Penggunaan garam sebagai pengawet biasanya dikenal dengan istilah penggaraman, seperti yang dilakukan pada proses pembuatan ikan asin, telur asin, atau asinan sayuran dan buah. Cara penggunaanya sangat sederhana, tinggal menambahkan garam dalam jumlah tinggi ke dalam bahan pangan yang akan diawetkan.

Gula Pasir
Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal yang merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit. Anda tentu sudah tahu bentuk gula pasir, yaitu butiran berwarna putih yang tersusun atas 99.9% sakarosa murni. Selain dijual dalam bentuk butiran, gula pasir juga dijual dalam bentuk tepung, populer dengan sebutan gula halus.

Fungsi gula pasir biasanya ditambahkan ke dalam makanan dan minuman untuk memberikan rasa manis. Namun selain memberikan rasa, gula pasir juga berfungsi sebagai pengawet. Sama halnya dengan garam, sifat gula pasir adalah higroskopis atau menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati.

Penggunaan gula sebagai pengawet, lazim disebut dengan istilah penggulaan. Penggunaanya bisa ditaburkan atau dicampur dan dilarutkan dengan bahan makanan atau minuman yang akan diawetkan. Contoh produk yang diawetkan dengan penggulaan adalah manisan, selai, dodol, permen, sirup dan jeli.

Cuka
Cuka adalah produk hasil fermentasi dari bakteri acetobacter. Banyak jenis cuka beredar di pasaran, seperti cuka apel, cuka hitam, cuka aren dan cuka limau. Masing-masing cuka ini diperoleh dari bahan dasar fermentasi yang berbeda. Adalagi satu jenis cuka yang sering digunakan untuk memasak yang disebut juga cuka masak. Cuka jenis ini adalah cuka sintetis/kimiawi dengan rasa asam yang sangat kuat. Biasanya cuka mengandung asam asetat 98%.

Selain memberikan rasa asam pada masakan dan minuman, cuka juga bisa digunakan sebagai bahan pengawet. Produk yang biasanya diawetkan dengan cuka adalah acar, kimchi, jelly dan minuman. Penggunaanya disesuaikan dengan jenis produk yang diawetkan. Selain meningkatkan daya simpan, cuka juga dapat mempertahankan warna atau mencegah reaksi browning/pencokelatan pada buah dan sayuran. Dengan penambahan cuka, sayuran dan buah akan lebih bertahan warnanya.

Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) merupakan bumbu dapur yang sangat populer. Aroma dan rasanya yang khas, dapat memberikan citarasa lezat dan harum pada masakan. Selain sebagai bumbu dapur, bawang putih ternyata sangat efektif sebagai pengawet. Hal ini desebabkan karena bawang putih dapat menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri. Kandungan allicin di dalam bawang putih sangat efektif mematikan bakteri gram positif dan gram negatif. Bawang putih juga bersifat antimikroba E.coli, Shigella sonnei, Staphylococcus sureus dan Aerobacter aerogenes. Manfaat lainya adalah dapat mengurangi jumlah bakteri aerob, kaliform dan mikroorganisme lainya sehingga bahan makanan yang ditambahkan bawang putih akan lebih awet. Penggunaannya mudah. Tambahkan bawang putih ke dalam potongan daging atau ikan dan simpan di dalam freezer. Dengan cara ini daging atau ikan bisa bertahan 20 hari.

Kluwak
Selain sebagai bumbu dan pemberi warna, kluwak (Pangium edule Reinw) juga bisa digunakan sebagai pengawet. Kluwak biasanya digunakan sebagai pengawet ikan segar. Ikan segar yang diawetkan dengan kluwak bisa bertahan hingga enam hari. Cara penggunaanya, buah kluwak dicincang halus, dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam perut ikan yang telah dibersihkan isi perutnya. Biasanya pengawetan ikan segar dengan kluwak dilakukan oleh pada nelayan di daerah Banten. Nelayan biasanya mengawetkan ikan untuk pengiriman ikan jarak jauh. Pengawetan dengan kluwak seringkali dikombinasikan dengan penggaraman dan pendinginan.

Pengeringan
Selain menggunakan bahan pangan alami, pengawetan bahan pangan juga bisa dilakukan dengan metode pengeringan. Pengeringan adalah cara pengawetan bahan makanan paling praktis, aman, murah dan sehat. Hampir semua bahan pangan baik sayuran, buah, kacang-kacangan hingga daging dapat diawetkan dengan metode pengeringan. Tujuannya adalah mengurangi sebagian air dalam bahan pangan hingga 10-15 % sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat hidup.

Metodenya bisa dengan cara pengeringan menggunakan sinar matahari maupun panas oven. Bahan pangan yang dikeringkan seperti ubi, sayuran dan buah diiris tipis-tipis kemudian dijemur atau dioven dalam suhu rendah (di bawah 40 derajat celcius) hingga kering. Selanjutnya bahan pangan tinggal disimpan di tempat yang sejuk, kering dan tertutup rapat. Bahan pangan yang dikeringkan biasanya bertahan hingga 1 bulan.

Metode pengawetan makanan baik yang alami atau yang buatan akan mempengaruhi kualitas gizi yang terkandung, terutama vitamin dan mineral - zat gizi yang mudah rusak jika diawetkan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, mengkonsumsi bahan pangan segar adalah cara terbaik untuk mendapatkan asupan nutrisi optimal.

WORTEL DI PROSPEK SEBAGAI PENGAWET BAKSO ALAMI
Bakso menjadi salah makanan yang populer dan disukai banyak kalangan. Sayangnya, pengetahuan tentang bakso aman masih sangat minim diketahui oleh masyarakat. Lebih lagi ketika isu tentang formalin serta boraks marak ditemukan sebagai pengawet bakso. Tentu saja, bakso sebagai makanan favorit ini rentan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh. Kita ketahui bahwa formalin dan boraks tidak layak digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan karena tergolong senyawa berbahaya atau toksik.

Berawal dari ide tersebut, peneliti dari kalangan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ardi, Ari Purnomo, serta Herlinda Kusuma Wadani mencoba memanfaatkan ekstrak wortel atau daucus carota sebagai alternatif bahan pengawet bakso yang alami. Bakso menjadi makanan favorit semua kalangan namun harus dibarengi dengan pengetahuan aman tentang makanan tersebut. Apalagi saat ini, isu formalin dan boraks masih sering terdengar dalam berbagai pemberitaan. Perlu adanya pengawet alami agar bakso tetap aman dikonsumsi,papar Ardi, di Yogyakarta, Senin (7/1/2012).

Bakso mengandung protein tinggi dengan kadar air tinggi dan PH netral sehingga rentan terhadap kerusakan. Daya awet bakso maksimal satu hari pada suhu kamar. Alasan inilah yang menyebabkan penjual mengambil jalan pintas mengawetkan bakso dengan menambahkan formalin. Formalin pada bakso dapat memperpanjang daya awet selama tiga hari. Untuk bahan lain seperti mie basahnya bisa mencapai lima hari.

Dalam penelitiannya, mereka menggunakan wortel. Ari menjelaskan wortel dipilih karena dibandingkan tanaman lainnya seperti kentang dan tomat, wortel mengandung betakaroten paling tinggi. Betakaroten tersebut mengandung antioksidan yang dapat menghambat fermentasi, pengasamanan, atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahkan dengan menggunakan wortel ini akan menambah kandungan gizi dalam makanan sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Tak hanya itu, betakaroten dalam makanan juga mencegah penuaan dini.

Pemanfaatan ekstrak dilakukan dengan cara memblender wortel. Setelah mendapatkan perasan airnya lalu dicampurkan dengan bahan baku bakso. Berdasarkan uji laboratorim, bakso yang dicampur dengan pengawet alami ini akan tahan hingga tiga hari. Biasanya bakteri akan menyerang makanan setelah satu hari. Dengan menggunakan pengawet dari ekstrak wortel ini, bakteri akan terlebih dahulu menyerang betakarotennya atau dengan kata lain mengurangi pembusukan.

Meski belum diujicobakan langsung pada pedagang bakso, berdasarkan uji laboratorium terbukti berhasil sebagai alternatif pengawet alami. Penelitian mahasiswa ini saat ini tengah bersaing untuk mendapatkan dana dari Dirjen Pendidikan Tinggi untuk diaplikasikan dalam masyarakat.

Kami berharap pengawet alami ini bisa dikembangkan untuk industri makanan seperti bakso. Sifatnya aman tentu saja membuat masyarakat tidak perlu khawatir akan kesehatan tubuhnya, kata Ari. (Olivia Lewi Pramesti/National Geographic Indonesia)

Salam,

Dwi Hartoyo, SP

REFERENSI
1. http://www.nationalgeographic.co.id/
2. http://sains.kompas.com/read/2013/01/07/21424215/Wortel.Diprospek.Jadi.Pengawet.Alami.Bakso
3. http://www.vemale.com/kesehatan/19536-wortel-bisa-jadi-pengawet-makanan-alami.html
4. https://www.sahabatnestle.co.id/Page/arsip/artikel/mengawetkan-makanan-secara-alami-dan-sehat
5. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/zat-aditif/zat-aditif-pada-makanan/
6.http://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan