Monday, September 7, 2015

Hipnoterapi Jakarta - Belajar Saling Memahami

Saat saya dalam perjalanan menuju BIMO Sang Juara, saya tidak sengaja mendengarkan dua orang perempuan yang sedang berbincang-bincang, saya tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan mereka tetapi mereka berbicara cukup keras sehingga bisa terdengar oleh seluruh penumpang termasuk saya yang duduk berhadapan dengan mereka, topik mereka cukup menarik perhatian saya, inti dari yang mereka bicarakan adalah bahwa perempuan yang disebelah kanan (dari hadapan saya) sedang kesal terhadap anaknya yang rewel saat minta bantuan untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Wanita tadi (mungkin saya harus memanggilnya wanita karena ternyata dia telah memiliki seorang anak) mengucapkan kembali kata-kata yang diucapkannya kepada sang anak “atuh kerjakeun sorangan we mun aya PR teh, atau teu tatanya kabatur, lain ka indung, geus puguh indung teh carape karek balik gawe” maaf bahasa sundanya sedikit kasar dan tidak persis sama, kurang lebih sang ibu berkata seperti itu yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah “Kalau ada PR ya kerjakan sendiri, atau bisa ditanyakan ke yang lain bukan malah bertanya ke mamah, sudah tau mamah cape pulang kerja” saat mendengar kata-kata tersebut saya hanya menghela napas, wanita depan saya masih melanjutkan perbincangannya dengan sang teman membicarakan tentang anaknya yang selalu tidak mengerjakan tugas sekolah jika tanpa ditemani sang ibu. 

Sebenarnya saya cukup gemasingin mengajak ngobrol wanita tersebut tetapi karena dilihat dari seragam yang dikenakannya (seragam pabrik) saya yakin tidak akan lama lagi wanita didepan saya akan turun dari angkot. Jika kalian bertanya mengapa saya seperti orang yang kesal terhadap wanita tadi karena saya pernah merasakan berada diposisi sang anak.
Sedikit bercerita sewaktu saya kecil saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama nenek dikarenakan mamah saya pun bekerja lebih tepatnya berdagang yang mengharuskannya untuk sering bolak-balik Bandung – Garut. Karena saya belum terlalu mengerti saat itu saya tidak pernah protes jika harus ditinggalkan mamah ke Bandung mungkin karena sudah terbiasa. Hingga akhirnya mamah saya berhenti berdagang,(saya lupa saat itu saya umur berapa yang jelas saat itu saya sudah bersekolah), semenjak itu mamah jarang meninggalkan saya dirumah kecuali ada keperluan ke luar kota itupun jarang menginap. 
Semenjak saat itu jika mamah akan pergi keluar kota mamah akan bilang pada saya dan akan sedikit membujuk (dengan membelikan saya sebuah barang) jika harus menginap diluar kota. Pernah saat saya duduk dikelas sebelas (dua SMK) saya ditinggalkan selama dua minggu, dikarenakan bapak saya akan ikut sosialisasi  pemeriksaan mata kesekolah-sekolah bersama PERTAMINA dan otomatis optik di Karawang tidak ada yang menjaga sehingga mau tidak mau mamahlah yang harus tinggal di Karawang untuk sementara waktu. Dari jauh-jauh hari mamah telah mengatakan hal tersebut sedangkan saya tidak pernah meresponnya hingga akhirnya mamah pergi ke Karawang dengan mendadak saat saya masih di sekolah dan mengabari saya hanya lewat pesan singkat (sms) meskipun saat itu saya sedang kumpulan organisasi dan sedang dalam keadaan serius saya langsung menangis setelah membaca pesan mamah saya tersebut, jangan tanya mengapa karena saya pun tidak tau, hingga akhirnya saya meminta izin untuk pulang lebih awal, setelah saya berhenti menangis saya langsung membalas pesan dari mamah saya dan saya mengatakan bahwa saya menangis, mamah saya hanya bertanya mengapa dan tidak lama saya mendapat pesan dari bapak saya yang menjelaskan bahwa beliau ingin “meminjam” mamah untuk tinggal sementara waktu di Karawang karena bapak akan ikut bakti sosial. Saya cukup menerima dan merasa tidak enak pula saat bapak meminta izin untuk meminjam mamah saya yang notabene adalah istrinya sendiri. 
Mereka berhasil membujuk saya dengan cara mereka sendiri yang terpaksa harus meninggalkan saya dirumah seorang diri. Apakah saya manja dengan bersikap seperti itu saat usia sudah remaja (mungkin waktu itu saya berumur 17tahun)? Saya katakan mungkin ya saya manja, tetapi saya pun ingin membela diri karena saya sewaktu kecil sering ditinggalkan maka wajar jika saat saya beranjak remaja saya mencari perhatian mereka dengan cara seperti itu. 
Tapi jika kita mengambil jalur tengah yang ingin saya sampaikan adalah KOMUNIKASI antara orang tua dan anak, bagi kalian orang tua sudah menjadi tugas kalian dalam mendidik anak ntah bagaimana cara Anda mendidik anak Anda tapi yang anak butuhkan bukan hanya materi tapi ada yang lebih penting daripada hanya sekedar materi yaitu kasih sayang dan perhatian. Jika kalian para orang tua memilih untuk dua-duanya bekerja, satu yang harus kalian ingat kalian harus tetap meluangkan waktu untuk anak dan tetap memberikan kasih sayang. Jika  kalian merasa lelah dan tidak bisa menemani anak sampaikan dengan cara baik-baik bukan malah marah-marah bahkan sampai nada membentak, saya yakin anak Anda akan mengerti jika diberi pengertian dengan penyampaian yang benar. 

- Muthia Damayanti -