Thursday, September 3, 2015

Hipnoterapi Jakarta - Soal dulu ? atau Ujian Dulu ?

Saat akan menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) biasanya para siswa akan diberi kisi-kisi oleh guru mereka (meskipun tidak semua guru memberikan kisi-kisi) ini dimaksudkan agar mempermudah murid mereka dalam menjawab soal yang akan diberikan. Tapi mengapa hanya saat akan menghadapi UJian Akhir Semester saja para guru memberikan kisi-kisi soal ujian sedangkan saat ulangan harian atau Ujian Tengah Semester tidak diberi kisi-kisi?

Dalam buku Born To Be A Genius karya Adi W. Gunawan ada pembahasan yang cukup menarik yaitu “Berikan Soalnya Di Depan, Baru Diuji Belakangan” Ide ini mungkin dianggap sebagai ide yang gila dan tidak sesuai dengan norma pendidikan formal. Namun ide ini perlu dipertimbangkan dengan serius. Ini berangkat dari pemikiran bahwa tes hanyalah alat bantu untuk mengetahui apakah murid mengerti atau tidak dengan apa yang sudah diajarkan dan bukan sebagai label.

Jika ujian bertujuan demikian, maka mengapa kita tidak berpikir terbalik? Dalam bukunya yang terkenal, 7 Habits of Highly Effective People, Steven R. Covey mengatakan bahwa kita harus memulai dari akhir. Mengapa kita tidak memberikan daftar soal yang akan ditanyakan pada waktu ujian? Daftar soal ini berisi hal-hal yang harus dipelajari dan dimengerti oleh murid. Jadi, selama semester berjalan, murid mempelajari semua materi yang berhubungan dengan ujian tersebut. Saat ujian, bila ternyata semua murid bisa menjawab dengan benar, dan semua mendapat nilai 10, maka ini berarti materi telah berhasil diajarkan dan murid telah berhasil menguasai.

Hal ini juga dilakukan oleh Ken Blanchard, penulis buku laris The One Minute Manager. Ken Blanchard memberikan semua soal yang akan dia tanyakan saat ujian. Dan selama semester itu dia dan mahasiswanya membahas dan mempelajari materi yang berkenaan dengan bahan ujian. Hasilnya, semua muridnya lulus dengan nilai A. Ada temannya sesame dosen yang memprotes apa yang dia lakukan, tapi Ken Blanchard mempunyai alasan sendiri. Katanya, “Kalau memang kita mau menguji suatu topik, ini berarti kita berharap murid mengerti apa yang diuji dan mereka diharapkan bisa lulus. Kalau memang begitu, mengapa kita tidak mengajarkan saja apa-apa yang akan diuji? Kalau murid berhasil menjawab apa yang ditanyakan dengan benar, maka ini berarti kita telah berhasil mengajarkan materi tersebut.” Satu pemikiran yang lain dan keluar dari pakem, tetapi sangat benar dan perlu direnungkan dan kalau perlu dicoba.