Tuesday, September 8, 2015

Hipnoterapi Jakarta - Pilih Gengsi atau Bergengsi

Memilih hidup dengan gengsi atau bergengsi terkadang adalah hal yang berbeda, bahkan terkesan berbalikan.
Putu Putrayasa, pendiri perguruan tinggi termuda CEO of STIEBBANK dalam buku karyanya yang berjudul “88 Tips Finansial MengHEBATkan Diri” menyebutkan bahwa beliau pernah menawarkan pekerjaan kasar, seperti menjadi kuli bangunan dan tukang taman, kepada mahasiswa STIEBBANK, ternyata hanya beberapa orang yang mau mengambil kesempatan tersebut. Apa alasan mereka? Bisa ditebak. Tidak banyak yang bekerja dan berlelah-lelah secara fisik dan berpanas-panas dengan penghasilan yang tidak banyak.
Alasan lain dan mungkin bahkan yang utama adalah gengsi, malu sama teman-teman, apa kata mereka kalau sampai menjadi kuli bangunan? Kayanya sepertinya hidup sudah tidak ada pilihan lain, kok sampai jadi kuli bangunan.

Di STIEBBANK, untuk melatih seseorang menjadi pengusaha tidak cukup hanya diberi keterampilan fisik, tapi harus diberi keterampilan mengelola emosional, perasaan malas, malu, dan gengsi kerap menjadi penghambat kemajuan seseorang.

Putu Putrayasa pun bercerita saat utang-utang menumpuk di perusahaan, beliau nyaris tidak memiliki pilihan lain. Pada saat kondisi seperti itu, beliau berani dan harus memberanikan diri menjalankan profesi sebagai wiausaha MLM yang singkatannya saja sudah “Mendengar Langsung Muntah” (MLM).
Beliau beruntung tidak gengsi-gengsi melakukan sesuatu bisnis atau profesi sepanjang itu halal. Beliau pernah menjadi kuli bangunan, sales, agen asuransi, distributor MLM. Dari pada gengsi-gengsi lebih baik memilih hidup yang bergengsi. Kalau mau hidup bergengsi, maka tanggalkan gengsi jauh-jauh dari diri kita.
Jadi bagaimana dengan kalian? Apakah ingin memilih gengsi atau bergensi?